Pelemahan rupiah ini seiring dengan hasil Unggulnya Donald Trump dari Partai Republik dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 8 November 2017 direspon negatif oleh para pelaku pasar. Mata uang Asia sebagian besar langsung melemah begitu Donald Trump memimpin perolehan suara dibandingkan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Rencana penarikan dana nasabah dari perbankan secara serempak (rush money) oleh gerakan umat Islam pada 25 November 2016 nanti memang tak dapat dianggap remeh. Pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan juga dunia perbankan diminta untuk mewaspadainya.

Menyrut pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Padjajaran, Arie Pratama, dampak dari rush money ini tentunya dapat bersifat sistemik yaitu sama seperti krisis tahun 1997-1998 silam. Karena kondisi itu akan menyebabkan krisis likuiditas dan solvabilitas di dunia perbankan.

“Dan yang perlu diingat, akan menyebabkan chaos di masyarakat akibat banyaknya antrian yang sangat panjang di bank maupun ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta hancurnya kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia,” ungkap Arie Pratama ketika dihubungi, di Jakarta, Senin (21/11).

Kata dia, implikasi negatif dari aksi rush money itu sangat fatal bagi perekonomian Indonesia. Di memberi contoh saat terjadi krisis di 1997-1998 itu.

Waktu itu, terjadi penutupan bank-bank di Indonesia yang langsung diiringi dengan aksi rush money. Dan akhirnya membuat pemerintah Indonesia, melalui BI saat itu, melakukan kebijakan blanket guarantee atau penjaminan simpanan seluruh nasabah di Indonesia.

“Saat itu juga, pemerintah dan BI berupaya keras meyakinkan investor dan masyarakat bahwa sistem perbankan kita masih baik-baik saja,” jelasnya.

“Jadi, tindakan rush money itu biasanya dilakukan jika masyarakat sudah kehilangan kepercayaan dengan sistem perbankan, misalnya karena krisis keuangan yang sudah parah tersebut,” imbuh dia.

Apalagi memang, dampak pemulihannya juga akan lama. Sehingga, tak hanya masyarakat yang akan merasakan efeknya, pemerintah juga merasakan akubat dari rush money itu.

“Terkait aksi pada tanggal 25 November itu, menurut saya, dengan berkaca pada situasi yang ada saat ini, Indonesia tak mengalami suatu tanda krisis yang parah. Sekalipun beberapa indikator makro ekonomi sangat memprihatinkan,” jelas Arie.

Dengan demikian, kata dia, aksi rush money ini pada 25 November nanti bisa jadi isu yang dilemparkan dengan tujuan tertentu.

Seperti diketahui, dampak dari pengusutan kasus hukum dari Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang sudah menjadi tersangka kasus penistaan agama Islam dianggap publik Islam berjalan lamban.

Umat Islam banyak yang berharap, Ahok sendiri sudah layak ditahan melihat dari kasus serupa banyak yang langsung ditahan ketika menjadi tersangka. Dan karema penyelesaian kasus oleh pihak kepolisian ini tak sesuai hatapan makanya mencuat wacana ada aksi rush money pada 25 November nanti

(Laporan: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka