Jakarta, Aktual.com — Pengamat energi dari Universitas Trisakti, Pri Agung Rakhmanto mengatakan jika pemerintah bijak dan cermat dalam menghitung kapan momentaum tepat penurunan BBM, semestinya sudah bisa dilakukan sejak Agustus lalu saat harga minyak di kisaran USD40 per barel.

Menurut perhitungan Agung harga BBM bulan Agustus bisa di kisaran Rp6.000 per liter. Karena saat itu harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) USD40 per barel dan kurs Rp14.000 serta alpha Rp1.000.

“Saat ini jika harga minyak berada di kisaran USD50-55 per barel dan kurs Rp14.500 serta alpha Rp1.000, maka harga premium bisa dibanderol di kisaran Rp6.500-7.000 per liter,” kata Pri Agung di Jakarta, ditulis Minggu (4/10).

Adapun formula yang digunakan ialah HIP (harga indeks pasar)+alpha+pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB). Formula tersebut sama yang digunakan Pertamina dalam menyusun harga.

“Perhitungan kami itu, harga tersebut sudah termasuk PPN dan PBBKB,” jelasnya.

Sebagai informasi, akhir September lalu, Pemerintah melalui Kementerian ESDM menetapkan untuk tidak merubah harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga tiga bulan ke depan meski saat ini harga minyak dunia tengah merosot. Hal ini dilakukan guna mempertahankan harga guna menjaga kestabilan perekonomian dan ketenangan bisnis.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian BUMN IGN Wiratmaja Puja mengatakan, formula yang dipakai dalam menetapkan harga ini menggunakan rerata Means of Plats Singapore (MOPS) USD 66,71 per barel untuk Premium.

“Sementara untuk Solar menggunakan MOPS USD 61,26 per barel. Sementara untuk kurs, Pemerintah mematoknya dengan rata-rata kurs Rp13708 per USD. Sekarang ketetapannya tiga bulan. Artinya Januari lagi baru dievaluasi,” ungkapnya.

Wirat mengakui, untuk MOPS solar memang tengah mengalami penurunan, namun pemerintah tetap memutuskan untuk tidak melakukan perubahan pada harga eceran per liternya.

“Kan harga MOPS premium dan MOPS solar itu penurunannya berbeda. MOPS premium itu penurunannya hanya 8% di dunia, sedangkan MOPS solar hampir 18%. Ini yang masih ada anomali sedikit. Indonesia Crude Price (ICP) turunnya 18% sama dengan solar. Ada anomali sedikit karena beberapa kilang di dunia mengalami turn around sehingga produksi MOPS untuk mogas 92 agak tinggi masih harganya,” terang Wirat.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan