Pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) melakukan salam komando di atas podium usai pendaftaran di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (10/8). Pasangan Prabowo-Sandiaga secara resmi mendaftar sebagai calon presiden dan wakil presiden tahun 2019-2024. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – “The line between disorder and order lies in logistics…” Sun Tzu.

Jenderal Sun Tzu, seorang filsuf, stratejis sekaligus, pemikir militer dalam buku “Art Of War” memang menekankan pentingnya distribusi dan perencanaan logistik, sebagai kunci kemenangan.

“Mastering logistics is a cornerstone of successful operations,” begitu kata Sun Tzu.
Dalam dunia saat ini, pemikiran Sun Tzu tidak hanya dipraktekan dalam dunia militer, namun nasihat tokoh tiongkok ini juga banyak dipakai di pertarungan politik.

“Jenderal Kardus”

Baru-baru ini jagat dunia politik Indonesia dikejutkan dengan retaknya koalisi antara Partai Demokrat dan Partai Gerindra jelang dua hari batas pendaftaran capres-cawapres di KPU. Semua bermula saat Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief tiba-tiba saja melontarkan kicauan di akun twitter pribadi milikinya. Ia menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai “Jendera Kardus”.

“Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangan ke kuningan. bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tidak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan, jenderal kardus.,” kata Andi Arief dalam akun twitternya.

Adanya mahar politik Rp 500 miliar menjadi alasan geramnya Partai Demokrat terhadap mantan Danjen Kopassus tersebut. Mahar tersebut disebut Andi merupakan pemberian dari Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno.

“Sandi Uno yang sanggup membayar PAN dan PKS masing-masing Rp 500 M menjadi pilihannya untuk cawapres,” kata Andi, Rabu (9/8) malam.

Andi merasa yakni jika Prabowo telah melakukan politik transaksional. Ia menyebut jika Prabowo tak pandai dalam mempertahankan harmonisasi koalisi. “Kita tidak pernah menawarkan siapa-siapa walau Pak Prabowo menawarkan AHY untuk jadi wakilnya,” kata Andi.

Kekesalan juga didasari lantaran Demorkat sebagai pihak yang diajak Prabowo untuk berkoalisi, sama sekali tidak diajak untuk lobi-lobi politik.

“Kami memberi sarat kepada Pak Prabowo agar dihitung matang untuk mencapai kemenangan. Kami tidak pernah bertemu dengan partai manapun, kecuali PAN dan PKS. Kita tidak pernah berselingkuh,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby