Jakarta, Aktual.com – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (USD) pada perdagangan awal pekan ini mulai mengalami apresiasi. Padahal trennya sendiri, rupiah masih dalam pelemahan.

Mengutip Bloomberg, Senin (17/7), rupiah dibuka di level Rp13.308 atau menguat 31 poin dari penutupan akhir pekan lalu di posisi Rp13.339. Namun tren pelemahan masih terlihat pada 30 menit pertama, rupiah kembali menurun ke posisi Rp13.314.

Menurut analis pasar uang Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, saat ini pelaku pasar kembali mencermati pergerakan USD jelang rilis inflasi AS. Hal ini kemungkinan berdampak ke peningkatan suku bunga the Fed.

“Meski sebelumnya, telah terindikasi the Fed tak agresif dalam naikkan suku bunga, seperti disampaikan Yellen (Gubernur the Fed) di Kongres, namun tampaknya pelaku pasar telah kesampingkan sentimen itu dan kembali cermati data-data ekonomi. Itu telah berdampak ke rupiah,” ujarnya di Jakarta, Senin (17/7).

Kendati rupiah dibuka menguat, kata dia, demand (permintaan) terhadap USD sendiri kembali meningkat, seiring aksi pelaku pasar yang memanfaatkan pelemahan USD sebelumnya membuat laju USD berpotensi kembali naik. Sehingga, laju rupiah di hari ini diperkirakan masih bisa kembali mengalami pelemahan.

“Meski demikian, dengan dibuka di posisi menguat, kami harapkan pelemahan dapat lebih terbatas untuk mencegah rupiah masuk dalam tren pelemahan lebih dalam,” ujar dia.

Apalagi, kata Reza, dari sentimen global tanda-tanda kenaikan inflasi AS dapat memperkuat pandangan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga lagi lebih cepat. Dengan begitu berimbas pada peningkatkan imbal hasil U.S Treasury. Jika begitu, rupiah pun berpotensi terkena imbas negatif.

Dia memperkirakan, level support rupiah akan bergerak dengan kisaran Rp13.355. Sementara laju resisten rupiah akan berada di rentang Rp13.325. Kendati angka resisten sendiri sudah terlewati rupiah.

 

Laporan Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: