Bimo Sasongko

Jakarta, Aktual.com-Perlu Dukungan Pemerintah Gaungkan semangat anak bangsa untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan melanjutkan kuliah ke luar negeri membutuhkan dukungan berbagai pihak. Terutama peran aktif pemerintah baik material maupun moril.

Bimo Sasongko, MSEIE, MBA, selaku President Director & CEO EURO Management Indonesia.berharap semua komponen bangsa dari level pusat sampai daerah memiliki gerakan yang sama agar mahasiswa bisa kuliah ke luar negeri. Ia pun termotivasi untuk mewujudkan program beasiswa Indonesia 2030 (Sejuta Indonesia di Jantung Dunia).

Masih rendahnya jumlah lulusan SMA yang melanjutkan kuliah di luar negeri memberikan tantangan tersendiri bagi saya. Saya merasa prihatin diantara negara-negara tetangga seperti Vietnam, Kamboja, Malaysia apalagi dibandingkan Korea Selatan dan China, Indonesia masih kalah jauh dalam hal pengiriman mahasiswa untuk kuliah ke luar negeri. Lihat saja, jumlah penduduk Malaysia 30 juta orang dan penduduk Indonesia 250 juta, namun jumlah mahasiswa Indonesia di luar negeri hanya 30 ribu, sementara jumlah mahasiswa di luar negeri asal Malaysia justru dua kali lipat jumlah mahasiswa Indonesia. Korea Selatan dengan jumlah penduduk 50 juta orang atau seperlima penduduk Indonesia, faktanya 130 ribu orang penduduk Korea Selatan menimba ilmu di luar negeri. Tak heran Korea menjadi bangsa yang maju dengan cepat.

Untuk mempercepat penyerapan teknologi informasi dan kemajuan bangsa, Indonesia harus mempelajari pengetahuan langsung dari pusatnya, dan itu dipercaya dari generasi ke generasi dari era Presiden Bung Karno dan Habibie sudah mengirimkan siswa studi di luar negeri karena kita masih menjadi bangsa yang tertinggal. Dari report World Bank dan McKinsey menyatakan di tahun 2030 Indonesia akan menjadi negara 6 besar dunia, dengan peringkat satu China, lalu Amerika, Jepang, Brasil, Rusia dan Indonesia, artinya Jerman, Perancis dan Inggris akan bergeser, syaratnya tentu dengan SDM unggul. Satu- satunya cara untuk mempercepat adalah studi ke luar negeri. Kita berharap, di tahun 2030 orang-orang yang kuliah di luar negeri sudah kembali ke Indonesia untuk membangun negara

Untuk itu, saya kemudian termotivasi, membuat program beasiswa, Indonesia 2030 (Sejuta Indonesia, di Jantung Dunia). Program ini, merupakan program beasiswa bahasa yang ditargetkan untuk 1000 pelajar SMA di Jabodetabek di tahun 2016 ini. Program ini pertama kalinya dilakukan oleh Euro Management Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Pendidikan Eropa Indonesia untuk lima pilihan bahasa Jerman, Perancis, Inggris, Belanda dan Jepang.

Yayasan Pendidikan Eropa Indonesia dan Euro Management Indonesia mengeluarkan pendanaan untuk program ini sekitar Rp 10 miliar untuk target 1000 siswa per tahun. Hingga kini sudah ada 900 peserta dari 70 SMA di Jabodetabek baik negeri maupun swasta. Program yang sudah dilaunching pada Januari 2016 ini bertujuan untuk membuka mindset masyarakat Indonesia pentingnya kuliah ke luar negeri.

Program beasiswa bahasa ini berlangsung selama 60 jam dalam dua semester di hari Sabtu dan Minggu. Tak hanya itu, siswa juga mengikuti kegiatan workshop mengenai budaya di luar negeri, pelatihan dasar kepemimpinan, wawasan kuliah di luar negeri, pergaulan, hingga psikotes minat dan bakat. Setelah siswa mengikuti program beasiswa ini diharapkan sudah siap mental untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri.

“Terkadang calon mahasiswa memiliki semangat besar namun terkendala biaya, atau orang tua siap pendanaan namun mental dan ketrampilan bahasanya kurang. Program beasiswa ini membantu siswa untuk bisa siap kuliah di luar negeri. Program ini benar-benar free dan tidak ada ikatan apa pun. Namun tata tertib harus dipatuhi seperti siswa harus serius, pakaian rapi, jika tidak hadir dikenakan hukuman atau dianggap tidak melanjutkan lagi, karena di luar negeri konsep dasar utama harus tertib. Tanpa tes, dengan niat serius siswa SMA kelas 10,11, 12 bisa mendaftar ke Euro Management dengan didampingi orang tua dan memilih jenis bahasa yang diminati. Mental, kepribadian dan perilaku siswa yang mengikuti program ini diharapkan bisa berubah selain mendapat ketrampilan bahasa. Terlambat 5 menit saja tidak boleh masuk kelas, dan tiga kali dalam satu semester tidak masuk kita anggap mengundurkan diri. Kita juga berikan laporan ke orang tua,”.

Euro Management Indonesia pernah mengadakan program Sejuta Habibie untuk Indonesia yang juga merupakan program beasiswa untuk bahasa namun ruang lingkupnya lebih terbatas. Program beasiswa perdana Indonesia 2030 (Sejuta Indonesia di Jantung Dunia) ini diharapkan akan terus berkembang dan diharapkan dari ribuan siswa yang mengikuti program ini, sekitar 5-10 persen mahasiswa bisa berangkat kuliah ke luar negeri per tahun. Saat ini Euro Management tiap tahun rutin memberangkatkan 100-200 mahasiswa untuk kuliah ke luar negeri.

Sejauh ini, pengiriman mahasiswa untuk kuliah ke luar negeri masih menggunakan dana pribadi mahasiswa dan cukup terjangkau mengingat kuliah di Perancis maupun Jerman mendapat subsidi pemerintah, sehingga mahasiswa hanya membutuhkan biaya hidup dan dana awal persiapan kuliah. Seperti tiket pesawat one way sekira Rp 15 jutaan, biaya hidup per bulan 400-600 Euro atau Rp 4-6 jutaan per bulan sudah termasuk tempat tinggal, makan kesehatan, biaya transportasi dan lainnya.

Tantangan
Berkecimpung di dunia pendidikan memberikan tantangan tersendiri bagi saya. Saya melihat kemampuan Indonesia untuk mengirimkan mahasiswa ke luar negeri seharusnya bisa sampai seribu hingga dua ribu orang per tahun, namun fakta menunjukkan hanya sekitar seratus hingga dua ratus orang mahasiswa Indonesia yang melanjutkan kuliah ke luar negeri setiap tahun.

“Sebenarnya kemampuan dan informasi serta motivasi ada, tapi banyak faktor orang tua tidak mengijinkan dan anak tidak berani padahal di negara lain untuk bisa kuliah ke luar negeri merupakan sebuah kebanggaan. Dengan informasi lebih luas dan sosialisasi yang semakin masif ke seluruh Indonesia untuk program beasiswa Indonesia 2030 (Sejuta Indonesia di Jantung Dunia) maka prediksi kita bahwa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju akan tercapai, sehingga di tahun 2030 Indonesia benar-benar akan terwujud sebagai negara ranking 6 dunia,”.

Saya melihat antusiasme mahasiswa untuk kuliah S1 ke luar negeri sebenarnya tinggi namun ketika mengambil keputusan banyak yang mundur karena pendanaan dan ketidakberanian, padahal seharusnya hal itu tidak jadi halangan.

“Euro Management akan membantu memberikan solusinya, dan kita berharap sebanyak mungkin anak bangsa bisa menikmati pendidikan ke luar negeri. Harapan saya semua komponen bangsa dari level pusat sampai daerah memiliki gerakan yang sama agar mahasiswa bisa kuliah ke luar negeri. Passion saya bahwa ini merupakan perjuangan jangka panjang yang tidak kenal lelah. Sebuah kebanggaan kalau saya bisa melihat bahwa tidak hanya generasi saya yang bisa kuliah ke luar negeri tapi juga generasi-generasi berikutnya tidak pandang kaya miskin bisa kuliah di luar negeri dengan mudah. Sehingga nantinya bisa membangun bangsa dengan lebih maju,”.

Banyak orang bersuara tak perlu kuliah ke luar negeri karena universitas di Indonesia sudah maju menurut saya adalah sebuah kesalahan fatal. Pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal. Bahkan Jepang saja masih mengirimkan mahasiswa kuliah ke luar negeri.

“Indonesia ini masih negara miskin. Kita butuh 1 juta orang saja dari penduduk Indonesia sebanyak 250 juta, untuk dikirim kuliah ke Amerika, Kanada, Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Australia dan Jepang. Dengan belajar di pusat pengetahuan dunia mahasiswa kita akan mengenal cara berpikir masyarakat negara maju, mengetahui trik-trik cara bernegosiasi dan sebagainya, sehingga bisa mengambil manfaat yang baik dan meninggalkan yang tidak baik. Nah, program beasiswa Indonesia 2030 (Sejuta Indonesia di Jantung Dunia) merupakan sarana untuk mewujudkan keinginan siswa SMA agar nantinya bisa kuliah ke luar negeri. Setiap siswa baik kaya dan miskin termotivasi untuk mendaftar secara gratis,”.

Saat ini Euro Management Indonesia menanggung pendanaan program beasiswa bahasa dalam rangka program beasiswa Indonesia 2030 (Sejuta Indonesia di Jantung Dunia). Untuk itu ke depan dukungan pemerintah sangat penting dalam hal pendanaan bagi pendidikan mahasiswa ke luar negeri karena SDM merupakan proses panjang yang tidak bisa dinilai dengan uang, dan tingkat pendidikan juga meningkatkan kualitas hidup dan kualitas bangsa. Saat ini pemerintah memang memiliki program beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) namun hanya ditujukan untuk kuliah S2 di luar negeri, bukan kuliah S1. “Lulusan SMA dinilai masih muda dan labil, tetapi justru kuliah di luar negeri memberikan peluang lebih bagi lulusan SMA karena mereka lebih lama tinggal luar negeri hingga 4 atau 5 tahun yang membuat akses networking lebih banyak, lebih percaya diri dibanding mahasiswa S2, dan belum berkeluarga sehingga masih belum ada keterbatasan,”.

Saya berharap peran nyata pemerintah untuk mendukung dan memberikan kemudahan bagi mahasiswa kuliah ke luar negeri, baik dari segi material atau moril karena bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Seperti pendanaan dari pemerintah maupun BUMN, dan program corporate social responsibility (CSR). “Dengan institusi kecil ini saya bersyukur bisa menggerakkan seribu hingga duaribu orang siswa untuk mengikuti program beasiswa gratis, apalagi kalau ada dukungan pihak Kementerian, BUMN dan lainnya. Saya ingin sebanyak mungkin orang mengenal bahasa apalagi kelemahan orang Indonesia terutama dari kemampuan untuk berbahasa asing,”.

 

Penulis Bimo Sasongko, BSAE, MSEIE, MBA
Pendiri Euro Management Indonesia
dan Sekjen IABIE

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs