Petugas Bank Mandiri menghitung pecahan uang rupiah dan dollar Amerika Serikat di Jakarta, Jumat (18/3). Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatannya dengan terapresiasi 0,27 persen atau 35 poin ke level Rp13.040 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Jumat (18/3). ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16.

Jakarta, Aktual.com — Pada perdagangan hari ini laju rupiah diprediksi kembali akan mengalami pelemahannya. Pasalnya, sentimen domestik tak mampu menolong laju rupiah dan lebih tertekan oleh sentimen global.

Menurut analis dari PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, menjelang pengumuman Bank Indonesia (BI) Rate dan adanya rilis dari Federal Open Market Committee (FOMC) yang semula diharapkan dapat melanjutkan penguatannya, namun ternyata dapat kembali berbalik melemah.

“Apalagi juga pelaku pasar lebih tertarik mengoleksi mata uang dolar AS, sehingga semakin menguat seiring adanya persepsi terkait rencana kembali menaikan suku bunga the Fed Fund Rate dalam waktu dekat ini,” ujar Reza dalam analisis hariannya, Kamis (19/5).

Semula, kata dia, perkiraan akan ditetapkannya suku bunga BI rate di level 6,75 persen dianggap sesuai dengan perkembangan makroekonomi dapat memberikan kesempatan bagi laju Rupiah untuk menuju teritori positif.

“Naman ternyata terhalangi oleh penguatan rupiah tersebut karena adanya respon negatif jelang FOMC meeting tersebut,” tandas dia.

Sebelumnya, inbuh dia, pihak NH Korindo sendiri mengharapkan akan adanya penguatan baru untuk laju rupiah pada kesempatan tersebut.

“Harapan kami agar laju rupiah dapat bertahan di zona positif, sehingga dapat membuka peluang kenaikan lebih lanjut. Sehingga support rupiah di rentang 13.323 serta resistennya di level 13.310,” tegas Reza.

Lebih lanjut dia menegaskan, ekspektasi akan berlanjutnya penguatan rupiah tersebut ternyata terhalangi oleh sentimen dari The Fed. Sehingga dikhawatirkan akan membuat laju Rupiah kembali melemah, meski sementara waktu.

“Makanya pelaku pasar tetap harus memperhatikan pergerakan laju rupiah dan cermati sentimen yang ada, karena masih adanya potensi pelemahan lebih lanjut,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka