Ilustrasi Tertembak (Istimewa)

Jakarta, Aktual.com – Polda Jawa Barat harus mengungkap secara transparan kasus penembakan yang menewaskan kader Partai Gerindra, Fernando Alan Joshua Wowor yang dilakukan Briptu AR, anggota Brimob di Sukasari Bogor. Terutama tentang adanya seorang wanita dan anak di bawah umur yang ikut terluka di dalam kasus penembakan tersebut.

Ind Police Watch (IPW) menilai, dalam mengusut kasus penembakan ini Polda Jabar belum bersikap transparan dan terkesan ditutuptutupi.

Dari penelusuran IPW, setidaknya ada lima hal yang perlu diungkapkan Polda Jabar ke publik agar kasus penembakan ini terang benderang.

“Pertama, soal senjata api yang digunakan pelaku. Apakah senjata tersebut tipe Glock 17 atau HS 9,” ujar Neta S Pane, Ketua Presidium Ind Police Watch, Selasa (23/1).

Tipe Glock 17 adalah senjata organik Densus 88 dan para perwira di Brimob. Sedangkan HS 9 merupakan senjata organik Brimob lapisan bawah, terutama yang berpangkat brigadir.

“Sebab beberapa saksi mata sempat menyebutkan, senjata yang digunakan pelaku adalah tipe Glock 17,” kata Neta.

Selain itu, kenapa pelaku dibiarkan bergentayangan di tengah malam dengan membawa senjata api, padahal yang bersangkutan tidak dalam keadaan bertugas.

Apakah SOP di Brimob memang membolehkan anggotanya membawa senjata api kemana mana?

Kedua, siapa pemilik moge BMW B 4559 BKD yang dikendarai pelaku. Apakah seorang anggota Brimob berpangkat Briptu memang wajar memiliki motor mewah tersebut. Apakah gajinya dari Brimob memang cukup untuk membeli motor mewah itu?

Ketiga, siapa yang mencakar wajah Rio teman korban. Sebab, akibat cakaran itu pegangan Rio terhadap tangan pelaku yang sedang menodongkan senjata api terlepas, yang kemudian membuat pelaku menjadi bebas melepaskan tembakan yang mematikan korban.

Keempat, siapa wanita LS 23 tahun dan kenapa yangbersangkutan terluka di dalam kasus penembakan itu.

Kelima, siapa anak di bawah umur berinisial AP dan kenapa yangbersangkutan terluka dalam kasus penembakan itu.

Dari seluruh pertanyaan ini perlu ditelusuri Polda Jabar untuk mengungkap kasus penembakan itu secara transparan.

Selain itu Propam perlu memeriksa atasan pelaku, kenapa membiarkannya bebas membawa bawa senjata api di tengah malam, meski tidak sedang bertugas.

Semua ini perlu dilakukan agar pengawasan terhadap sikap dan prilaku jajaran bawah kepolisian bisa maksimal dilakukan.

Sehingga jajaran bawah kepolisian tidak arogan dan semena mena serta tidak bergaya seperti koboi dengan senjata apinya, yang sesungguhnya senjata api itu dibeli dengan uang rakyat.

“Jika jajaran kepolisian tidak serius menangani kasus ini dikhawatirkan aksi koboi koboian jajaran bawah Polri akan terus berulang,” tandasnya.

Reporter: Fadlan Syiam Butho

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka