Jakarta, Aktual.com – Dalam merangkul simpul-simpul pergerakan mahasiswa dan pemuda untuk menyikapi berbagai masalah di negara ini, tenyata bukanlah hal yang mudah dilakukan organisasi mahasiswa dan pemuda.

Ketua umum Pergerakan Mahasiswa Kristen Republik Indonesia (PMKRI) Lydya Natali Sartono mengakui sulitnya membangun simpul-simpul pergerakan, lantaran belum menyatunya berbagai elemen mahasiswa dan pemuda.

Dijelaskan Lydya, salah satu penghambat bersatunya elemen mahasiswa dan pemuda pertama yaitu, banyaknya cara yang digunakan dalam mengkritisi bangsa.

“Ya saya mengakui kita semua punya cara mengkritisi bangsa, bagaimana merangkul simpul simpul, itu yang masih kurang,” kata Lydya dalam diskusi yang bertajuk “Negara Darurat, Mahasiswa dan Pemuda Kemana?” di Jakarta Pusat, Senin (12/10).

Kedua, adannya permasalahan etika yang belum tajam dalam menggelar konsolidasi dikalangan aktifis, misalnya seperti sifat mudah tersinggung.

“Itu yang masih belum tajam, ada yang tersinggung. Ada yang menilai gerakan kita ini fragmatis,” unkapnya

Yang ketiga dalam hal konsolidasi dan membangun aliansi ada yang namanya saling mencurigai dan krisis kepercayaan antar elemen organisasi.

“Kalau sudah saling mencurigai, ya sudahlah itu gampang masuk angin,” jelasnya

Oleh karena itu disarankan Lydya, masing-masing elemen harus menyadari misi dari sebuah perubahan. Lebih lanjut dia memberikan penyadaran bahwa gerakan politik tidak selamanya didasari kepentingan.

“Politik itu tidak ada teman yang abadi untuk kepentingan abadi. Itu salah, politik itu dilakukan untuk melakukan tujuan yang baik. Jadi ini yang saya kritisi, mahasiswa dan pemuda di tangan kita, mari kita menjaga etika Republik Indonesia,” pungkasnya

Artikel ini ditulis oleh: