Harga cabai yang melambung tinggi menjadi keprihatinan Ketua DPR untuk melihat langsung harga cabai di pasar. Harga cabai merah di Pasar Induk Kramat Jati mencapai Rp100 ribu per kg. Sebelumnya pernah menyentuh Rp120 ribu per kg. Kenaikan ini disebabkan salah satunya faktor cuaca yang membuat banyak cabai rusak. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Uzbekistan menjajaki kerja sama pengembangan pertanian cabai untuk meningkatkan produksi cabai petani.

“Uzbekistan tertarik mengembangkan pertanian cabai, karena tingginya permintaan pasar terhadap komoditas tersebut,” kata Kepala Subbagian Kerja Sama Afrika dan Timur Tengah Biro Luar Negeri Sekjen Kementerian Pertanian Repulik Indonesia, Widyanto Soetajan di Namang, Rabu (23/8).

Ia menjelaskan kunjungan Wakil Perdana Menteri Uzbekistan Y.M Zoyir Toirovich Mirzaev ke Indonesia khususnya Kepulauan Bangka Belitung, karena mereka mendapatkan perintah dari Perdana Menteri Uzbekistan untuk menggali potensi kerja sama cabai dan lada putih.

“Pada prinsipnya Uzbekistan itu bukan negara mengkonsumsi cabai, lada putih atau segala sesuatu yang pedas, tetapi mereka melihat pasar yang cukup menjanjikan, mengingat mereka berada di tengah-tengah, Uzbekistan berada diantara Eropa, Asia, Timur Tengah dan Afrika,” ujarnya.

Ia mengatakan mengingat Negara Uzbekistan berada di tengah-tengah, mereka melihat pasar cabai dapat dipenuhi dengan sumber daya lahan yang dimilikinya.

Namun demikian, kata dia Uzbekistan tidak memiliki cabai dan lada putih, maka diutuslah Wakil Perdana Menteri ini untuk melapor kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk menyatakan ketertarikkan mereka untuk mengembangkan cabai dan lada putih ini.

“Disisi lain, kita berharap ada ekspor cabai dan lada putih ke Uzbekistan. Kita tidak mau melepas begitu saja, mereka mau belajar namun apa keutungan kita memberikan pembelajaran kepada mereka dan itu jangan sampai terjadi,” ujarnya.

Ia mengatakan Kementerian Pertanian menginginkan ada kerja sama dan transaksi produk pertanian dalam kegiatan ekspor impor yang saling menguntungkan.

“Kita mempersilahkan mereka melakukan impor dari Indonesia dan mereka bersedia melakukan itu, tetapi seiring sejalan mereka juga ingin belajar mengembangkan tanaman cabai ini,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka