Ekonom Faisal Basri

 

Jakarta, Aktual.Com – Indonesia telah menjadi surga bagi industri rokok maupun konsumennya, harga rokok yang relatif sangat murah membuat prevalensi rokok jadi sedemikian tinggi.

“Pertumbuhan perokok di Indonesia sudah sangat pesat, tertinggi kedua di dunia setelah Jordania, tahun 2015 mencapai lebih dari 70 juta orang, naik 28 persen dibanding tahun 2000,” ungkap Ekonom Faisal Basri, di Jakarta, Senin (20/2).

Di banyak negara, smoking rate atau jumlah perokok terhadap jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas mengalami penurunan. Tapi tidak di Indonesia, salah satu dari 27 negara yang alami kenaikan yaitu dari 31% tahun 2000 menjadi 40% tahun 2015.

Rinciannya, peningkatan tajam terjadi pada perokok lelaki, dari 56% tahun 2000 menjadi 76% tahun 2015. “Smoking rate untuk lelaki di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia selama satu dasawarsa terakhir,” kata Faisal.

Sedangkan, perokok perempuan relatif jauh lebih sedikit dan persentasenya turun dari 6% pada tahun 2000 menjadi 4% pada tahun 2015.

Konsumen rokok di Indonesia bagi Faisal begitu dimudahkan untuk mendapatkan produk. Seperti membeli rokok tidak butuhkan KTP, Kedai-kedai rokok bersebelahan dengan sekolah, bahkan televisi pun leluasa menayangkan iklan rokok dengan segala muslihatnya.

“Lebih menyedihkan lagi, rokok telah menjadi penyebab penting kemiskinan, karena pengeluaran terbesar kedua penduduk miskin adalah untuk rokok kretek filter,” tambahnya.

Negara juga telah mengeluarkan triliunan Rupiah untuk pengidap penyakit yang disebabkan rokok, sekitar 30% pengeluaran BPJS Kesehatan adalah untuk pengidap penyakit yang bersumber dari rokok.

Karenanya, Faisal percaya Presiden bakal mengambil langkah bijak dengan menolak pembahasan Rancangan Undang-undang Pertembakauan.

“Masalah-masalah yang muncul akibat pengendalian tembakau, seperti pengangguran dan penurunan penerimaan negara, tentu bisa dicarikan pemecahannya,” pungkasnya.

Pewarta : Nelson Nafis

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs