Jakarta, Aktual.com — Menurut penggiat peran ayah, Irwan Rinaldi, dalam Konferensi Ayah Sedunia, sudah hampir empat hingga lima kali tidak ada perwakilan dari Indonesia di Konferensi tersebut. Padahal, di Tanah Air, Hari Ayah diperingati setiap tanggal 12 November (atau jatuh pada hari ini)

“Dari situ datanya kita dapat‎ ketahui Indonesia termasuk ke dalam ‘fatherless country’, negara yang kekurangan ayah,” demikian kata Irwan Rinaldi kepada Aktual.com, di kediaman Anis Baswedan, Jakarta Selatan, Kamis (12/11).

Irwan mengatakan, kurangnya ayah di negara kita bukan secara fisik melainkan dari sisi psikologis. Dan, anak-anak kita sudah terjerembab dalam kasus ‘father hungry’.

“Salah satu cirinya adalah kematangan psikologis lebih unggul dari biologis, di Indonesia itu umur biologis orang 23 tahun psikologisnya umur 11 tahun,” terang ia menambahkan.

‎Persoalan ‘father hungry’ di Indonesia, menurut Irwan, sama dengan kasus seksualitas pada kaum hawa.

“Karena tidak ada peran ayah di situ. Dan, untuk anak laki-laki itu karakter ayah, kurangnya sosok atau karakter ayah dalam hidupnya,” tuturnya.

Oleh karena itu, agar Indonesia tidak menjadi negara ‘fatherles’, kata Irwan, solusinya yaitu dengan memperbaiki moral dan akhlak serta memperbanyak rumah-rumah pencerah.

“Banyak volunteer yang bergerak di bidang ayah ini.‎ Karena menurut Departemen Agama, tingkat perceraian itu bukan karena persoalan material, yang paling besar itu adalah kekecewaan pasangan karena menikahi seorang lelaki 40 tahun tetapi cara menyelesaikan masalahnya seperti remaja usia 20 tahun,” papar ia menutup pembicaraan.

 

Artikel ini ditulis oleh: