Jakarta, Aktual.Com- Mata Uang Rupiah diprediksi akan mengalami goncangan akibat efek kejut dari faktor eksternal utamanya yang berasal dari Amerika Serikat meskipun harga komoditas di tanah air mulai merangkak naik.

Seperti diungkapkan oleh Eko Listianto, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef).

Lebih lanjut dia mengatakan tren kenaikan harga komoditas dapat membuat rupiah menguat. Peningkatan harga komoditas diakibatkan naiknya harga minyak dunia akibat pembatasan produksi negara penghasil minyak.

Tetapi di sisi lain, Indonesia saat ini masih mengimpor minyak, tentunya hal itu akan berdampak pada nilai tukar sendiri, pasalnya kebutuhan dolar AS secara otomatis meningkat. Begitu pula dengan adanya penghapusan subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada APBN akan membuat harga BBM terdongkrak naik.

“Secara keseluruhan kemungkinan lebih banyak tekor. Tantangan lebih banyak terutama The Fed agresif dan (Presiden AS Donald Trump) masih tidak pasti,”sebut Eko di Jakarta, Kamis (12/1/2016).

Kenaikan harga minyak yang dikompensasi oleh harga komoditas yang meningkat kata dia tidak akan berdampak di Jawa karena mesin pertumbuhannya lebih banyak didorong oleh manufaktur. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di luar Jawa akan meningkat karena kenaikan harga komoditas.

Eko mengamati performa rupiah tahun 2016 dan 2015, dimana ditahun ini Rupiah mengalami syok di kuartal terakhir akibat situasi di AS. Di akhir 2015, The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 0,25%-0,5% sehingga membuat rupiah tetap bertengger di level Rp14.000-an per dolar AS.

Sementara itu, di November 2016, terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden AS dan membuat rupiah mencapai level psikologis Rp13.700 per dolar AS. Bank Indonesia pun harus mengambil langkah stabilisasi di dua pasar sekaligus yaitu valas dan surat berharga negara (SBN).

Sedangkan di akhir November 2016, aksi operasi moneter itu menjadi salah satu pendorong tersedotnya cadangan devisa sebesar US$3,5 miliar yang dipergunakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS. Eko pun menilai rupiah tahun ini dapat menembus level Rp13.500 per dolar AS.

“Nilai tukar rupiah harus benar-benar dijaga untuk 2017. Tahun lalu kan untuk mendukung pertumbuhan karena ada paket kebijakan ekonomi. Tahun ini, BI akan lebih menjaga stabilitasnya,” imbuh Eko.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs