Petani menepikan perahunya di antara ikan-ikan yang mati di Danau Maninjau, Nagari Bayur, Kab.Agam, Sumatera Barat, Sabtu (20/2). Menurut petani ikan, akibat angin kencang sejak Kamis (19/2), membuat ikan nila yang dibudidayakan di keramba jaring apu tersebut mengalami kematian massal. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/pd/16

Lubuk Basung, Aktual.com – Ikan keramba jaring apung milik petani di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, yang mati mendadak akibat kekurangan oksigen, menjadi 20 ton.

“Ini data sementara dan kemungkinan ada penambahan, karena pada Jumat (20/2), jumlah ikan dengan jenis mas dan nila mati hanya sekitar lima ton,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam, Ermanto di Lubuk Basung, Minggu (21/2).

Dia mengatakan, 20 ton ikan yang mati dengan ukuran siap panen ini berasal dari 50 petak keramba jaring apung yang tersebar di Nagari Bayu, Maninjau dan Duo Koto.

Ikan ini mati akibat kekurangan oksigen setelah angin kencang melanda daerah itu semenjak beberapa hari lalu. Dengan kejadian tersebut, ditaksir petani mengalami kerugian sekitar Rp360 juta.

“Agar kerugian tidak begitu banyak, segeralah panen ikan yang sudah besar, kurangi memberikan pakan ikan dan pindahkan ikan ke kolam lain.”

Dia juga menyarankan agar mengatur jarak antara keramba sekitar 10 meter dan selalu sediakan pompa air untuk menambah oksigen.

“Selain itu, petani harus jeda untuk beberapa bulan untuk melakukan aktivitas lain, agar kondisi air menjadi normal.”

Dia menambahkan, ini merupakan kematian ikan di Danau Maninjau pertama pada 2016. Sementara pada 2015 sekitar 175 ton ikan KJA di Danau Maninjau mati mendadak dengan kerugian sekitar Rp3 miliar.

Pada 2014 sebanyak 1.087,38 ton, pada 2013 sebanyak delapan ton, pada 2012 sebanyak 300 ton, pada 2011 sebanyak 500 ton dan 2010 sebanyak 500 ton.

Anggota DPRD Agam, Muhammad Abrar, turut prihatin dengan kematian puluhan ton ikan milik petani di Danau Maninjau.

“Ke depan ini harus dicarikan solusi agar petani tidak mengalami kerugian cukup banyak dan petani harus jeda saat cuaca ektrem melanda Agam,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Wisnu