Jakarta, Aktual.com – Ekonom Indonesia, Ichsanuddin Noersy mengatakan dalam era demokrasi dewasa ini kekuatan uang sangat menentukan jalannya kekuasaan, mahalnya biaya politik membuat kandidat melakukan sungkeman kepada para pemodal yang memiliki jaringan korporasi.

Imbasnya kekuasaan yang diamanatkan oleh rakyat kepada seorang pejabat, serta jalannya pemerintah akan tersandera dan dikendalikan oleh kaum pemodal.

“Coba bayangkan, berapa kemampuan seorang calon untuk mengeluarkan dana dari kantongnya pribadi,” kata Noersy, Sabtu (19/11).

Maka dari itu dia melihat, ancaman dari aksi tarik uang atau rush money merupakan perkara perang antara uang lawan uang dalam mempengaruhi kekuasaan.

“Ini perang uang lawan uang. Jalan yang satu mempengaruhi kekuasaan lewat sogok, mengatur suara untuk mengendalikan kebijakan dan kekuasaan, yang satunya lagi menekan dengan menarik uangnya sendiri dari perbankan,” tambahnya.

Lebih jauh dia mengungkapkan pada saat ini terdapat sebanyak Rp4.576 triliun dana distribusi di perbankan atau dana pihak ketiga, dari jumlah tersebut, sebanyak Rp2.655 triliun atau 46 perse merupakan milik orang Islam.

Dia mengaku khawatir jika ancaman umat islam Indonesia untuk melakukan Rush Money sebagai bentuk protes atas dugaan penistaan agam yang dilakukan oleh Basuki Tjhaja Purnama (Ahok), jika acaman itu benar benar terjadi, maka akan beresiko fatal bagi kondisi negara.

“Saya khawatir, jika saja 20 persen dari Rp2.655 dana milik orang islam itu ditarik, itu memberi dampak kejatuhan rupiah yang berujung politik risk. Ekonomi negara kita ini rapuh” tuturnya.

Untuk itu dia berharap kepada pemerintah agar mampu memberi keadilan dan mendinginkan ketegangan sosial yang terjadi pada saat ini. Dia berpesan kepada presiden Jokowi agar menjadi negarawan.

Sementara dari pihak pemerintah, terutama dari sektor ekonomi dan keuangan sudah terlihat panik. Semua sudah angkat bicara. Mulai dari Menteri Keuangan, Menko Perekonomian hingga Gubernur Indonesia menilai rush money merupakan ancaman yang serius bagi negara.

Bahkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dengan tegas mengeluarkan pernyataan akan melacak dan menangkap bagi siapa saja yang memprovokasi agar terjadi rush money.

“Itu provokatif dan kami dari kepolisian akan melacaknya, kita melacak, dan kita akan melakukan penangkapan,” ujar Tito di kantor MUI, Jl Proklamasi, Jakpus, Jumat (18/11).

Tito mengatakan sudah memerintahkan Bareskrim dan Polda Metro untuk mencari penyebar isu tersebut. Semua jaringan ditelusuri.

“Semua kelompok jaringan cyber kita investigasi untuk melakukan pelacakan,” pungkas Tito.

Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Arbie Marwan