Jakarta, Aktual.com – Aktivis Lintas Generasi menyerukan dan mengingatkan masyarakat yang mempunyai hak pilih dalam Pilkada Serentak 2017 menggunakan hak pilihnya dengan cermat dan teliti. Yakni dengan melihat rekam jejak calon yang akan dipilihnya.

“Jangan pilih calon gubernur yang mengganggu kebhinekaan dan kerukunan umat beragama. Kami menyerukan agar memilih pemimpin yang memiliki DNA merah putih dan mampu mengelola keberagaman,” terang Aktivis ’98 Jansen Sitindaon dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (14/2).

Disampaikan, DNA Merah Putih dan calon pemimpin yang mampu mengelola keberagaman adalah kata kunci agar negara ini tetap utuh dan lestari ke depan. Termasuk untuk Pilkada di DKI Jakarta.

Calon pemimpin di Ibu Kota, lanjut Jansen, harus mempertimbangkan dengan baik semua calon yang ada dan melihat lebih jauh apakah calon tersebut selama ini mengganggu keberagaman, kebhinekaan dan kerukunan antar umat beragama.

“Kita himbau jangan sampai salah pilih. Yang paling kami takutkan bila masyarakat salah pilih kalau pemerintah lakukan intervensi ada lembaga untuk mengadukannya,” kata dia.

“Tetapi, kalau masyarakat salah pilih sama saja seperti salah memilih jodoh, dan sialnya ini cerainya tidak bisa cepat harus menunggu 5 tahun lagi dan kerusakannya sudah kadung banyak di dalam rumah tangga DKI ini,” sambung Jansen.

Ditambahkan, warga mempunyai hak spesial dalam menentukan siapa calon yang akan dipilih. Beberapa detik dalam bilik suara ini akan turut menentukan nasib Jakarta dalam lima tahun ke depan.

“Karena itu, hak spesial ini ‘besok mau kawin dengan pasangan calon’ gubernur nomor berapa, tentu rakyat yang punya hak, dan jangan sampai salah pilih,” ujarnya.

Aktivis Lintas Generasi Pro Demokrasi yang menggelar konpers sendiri terdiri dari aktivis ’70, aktivis ’80 dan aktivis ’98. Diantaranya Sangap Surbakti, Jemmy Setiawan, Hery Sebayang, Jansen Sitindaon, Setya Dharma, Andrianto, Eki Girsang, Jan Prince Permata, Santoso dan Japrak Haes.

Selain itu Imelda Pandiangan, Mehbob, Hilman Firmansyah, A. Hakim, Renanda Bachtar, Saifuddin Roem, Kamhar Lakumani, Guido Dewa, Aswin Nasution, Bambang Rony, Sismanu Rusmin, Denni, Arya, Irwan RB, Kay Achmad dan Hakim Muzzayian.

Berikutnya Agus Setia B, Maruli Silaban, Dewa Made, Ndokum Surbakti, Roni, Saut Sinaga, Standartkiaa Latief, Eko Dananjaya, Aria Wayan, Hasan Azhari, Akmal B Yulianto, Sabar Hutahaean, Joko, Timbul, Nanang, Jove. M, Hari, Anwar Syadat dan puluhan aktivis lainnya.

(Novrizal Sikumbang)

Artikel ini ditulis oleh: