Jakarta, Aktual.co —Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Bogor, Jawa Barat, bakal mencapai 22 persen. Menyusul bakal segera selesainya pembangunan hutan kota seluas 1,2 hektar di di kawasan Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Tanah Sareal.
Pembangunan hutan kota yang sudah dimulai sejak September 2014 tersebut, menggunakan dana bantuan Pemprov Jawa Barat sebesar Rp 1,5 miliar.
“Insya Allah, tahun ini hutan kota kita selesai pembangunannya,” kata Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, Irwan Riyanto, di Bogor, Selasa (6/1).
Ditanami ratusan pohon, kata Irwan, hutan kota juga dilengkapi fasilitas seperti jalan setapak, tempat duduk. Serta fasilitas bermain untuk anak-anak seperti perosotan.
“Sehingga masyarakat bisa menikmati suasana sejuk di bawah pepohonan yang rindang, juga dapat dimanfaatkan sebagai taman bersantai dan bermain anak-anak,” katanya.
Dipilihnya kawasan Jalan Ahmad Yani sebagai hutan kota, karena di daerah tersebut sudah ditanami banyak pohon yang hingga kini masih terawat.
Selain itu, lokasi tersebut sangat cocok dijadikan sebagai koridor burung, yang migrasinya di Kota Bogor sudah mulai hilang.
“Dengan adanya hutan kota, daerah Bogor bisa menjadi rumah bagi burung,” katanya.
Untuk menjadikan hutan kota sebagai koridor burung, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor berkoordinasi dengan Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia, yang merekomendasikan jenis pohon apa saja yang dapat dijadikan rumah bagi para burung.
Staf humas, Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia, Tri Susanti menyebutkan, sekitar tahun 1930, jumlah buruh yang ada di wilayah Kota Bogor sekitar 150 jenis.
Menurutnya, Kebun Raya Bogor menjadi rumah yang nyaman bagi berbagai jenis burung, khususnya burung-burung dataran rendah di Pulau Jawa dan sebagian burung pegunungan.
Namun, lanjutnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan para peneliti dari IPB pada tahun 2010, jumlah burung yang ada di Kebun Raya Bogor hanya tinggal 46 jenis.
Ia mengatakan, hal ini karena koridor burung di sepanjang daerah aliran sungai di wilayah Kota Bogor sudah terfragmentasi dan nyaris putus, wilayah tersebut rusak, karena dipenuhi pemukiman penduduk.
“Sehingga tidak ada pohon yang menjadi tempat persinggahan bagi berbagai jenis burung,” katanya.
Dikatakannya, dahulu berbagai jenis burung di Kebun Raya Bogor masih banyak, dan mudah ditemui karena koridor burung di wilayah Kota Bogor masih bagus. Bahkan, burung-burung pegunungan khususnya dari Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango datang membuat sarang di sana.
Tetapi, lanjutnya, karena koridor burung (berupa pohon) yang tumbuh di sepanjang DAS Ciliwung, dan kebun-kebun milik masyarakat dipenuhin pohon sudah terfragmentasi dan nyaris putus karena padatnya pemukiman penduduk.
“Saat ini tidak ada pohon yang berfungsi sebagai tempat persinggahan sementara bagi berbagai jenis burung di sepanjang DAS Ciliwung,” katanya.
Ia menambahkan, keberadaan koridor burung sangat penting, karena menjadi tempat hinggap sementara bagi burung-burung yang akan masuk ke dalam Kota Bogor, khususnya ke Kebun Raya Bogor.

Artikel ini ditulis oleh: