Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano
Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano

Kairo, Aktual.com – Dalam sebuah pengajian mingguan kitab al Hikam karya Imam Ahmad bin Athaillah As Sakandari, Syekh Yusri menjelaskan tentang hakikat sebuah kehidupan di dunia ini bagi seorang mukmin.

Di dunia ini sering kali kita temukan hal-hal yang tidak kita inginkan, atau yang kita biasa sebut dengan cobaan, entah itu menimpa kepada diri kita, keluarga kita, saudara kita, ataupun orang mukmin dari umat Nabi Muhammad SAW.

Beliau berkata, hal ini bukan sesuatu yang aneh dan baru bagi kita, karena Allah sendiri telah berfirman

أَيَحْسَبُ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُوْلُوْا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ

Artinya “ Apakah mereka sangka wahai manusia bahwasanya ketika mereka mengatakan kami telah beriman kemudian mereka tidak diberi cobaan “ [QS. Al A’nkabut: 2].

Dalam ayat ini sangatlah jelas, bahwa seorang mukmin pastilah tidak lepas dari sebuah cobaan Allah Ta’ala, baik itu berupa sakit, kurangnya rizki, kehilangan orang yang dicintai, kekeringan ataupun lainnya. Karena sesungguhnya dunia ini adalah merupakan tempatnya cobaan. Hal ini tidaklah lain agar Allah mengetahui siapa dari hambaNya yang terbaik dari amal perbuatanya. Allah berfirman

لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Artinya “ Agar Allah memberikan cobaan kepada kalian, siapa diantara kalian yang terbaik amalnya “ [QS. Al Mulk :2].

Syekh Yusri menjelaskan, bahwa Allah senantiasa mengenalkan kepada kita akan sifat-sifatNya, melalui qodho dan qodar yang telah dituliskan kepada kita. Allah mengenalkan sifat keagunganNya dengan memberikan qodar kepada kita dengan sesuatu yang tidak kita sukai seperti musibah sakit, kehilangan orang yang dicintai serta hal lainnya.

Sebagaimana Allah juga mengenalkan akan sifat indahnya melalui qodho baiknya, atau apa-apa yang kita ingini seperti kesehatan, keluasan rizki, kenikmatan beribadah dan lain sebagainya. Yang pada intinya, agar kita selalu mengenal kepadaNya, pada setiap keadaan apapun yang telah Allah tuliskannya. Sehingga kita bisa melihat, bisa mengenal kepadanya melalui segala sesuatu yang terjadi, sesuai dengan firman Allah:

فَاَيْنَمَا تُوَلّوُاْ فَثَمَّ وَجْهُ اللهِ

Artinya “ maka dimanapun kalian menghadap, maka disitu ada wajah Allah “(QS. Al Baqarah : 115 ) .

Seorang yang melihat dunia ini hanya sebagai tempat sebuah kenikmatan tanpa cobaan, maka dia bisa terhenti akalnya dan mati, karena tidak mampu menanggung semuanya, karena tidak akan sama antara pandangan dengan realitanya. Adapun seorang mukmin yang tahu akan Tuhannya, maka dia akan mengambil dari semua bagianya dari segala sesuatu untuk bisa lebih mengenal kepada RobbNya, bisa selalu kembali kepada Allah Ta’ala pada setiap keadaanya. Sebagaimana Allah berfiman:

وَبَلَوْنُاْهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Artinya “ Dan telah kami coba mereka dengan kenikmatan dan cobaan, agar mereka senantiasa kembali kepada kami “( QS. Al A’raf : 168 ).

Nabi Muhammad bersabda:

يَا عَجَبًا لَأَمْرِ المُسْلِمِ كُلّهُ خَيْرٌ, وَلَيْسَ ذَاِلَك لِأَحَدٍ إِلِا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرّاءُ شَكَرَ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَإِنْ أَصَابَهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَهُوَ خَيْرٌ لَه

Artinya “ sungguh mengherankan perkara orang islam ini, semuanya adalah baik. Dan tidaklah hal yang demikian itu kecuali bagi orang yang beriman saja. Ketika mereka mendapatkan kebahagiaan maka mereka bersyukur, maka itu lebih baik baginya. Dan apabila mereka tertimpa musibah, maka mereka bersabar, dan itu lebih baik baginya “( HR. Muslim ).
Hadis ini menunjukkan bahwa kehidupan seorang mukmin itu ada diantar dua keadaan, yaitu kenikmatan dan cobaan. Ketika dia mendapatkan kenikmatan, maka dia akan mengingat dan kembali kepada Allah dengan bersyukur.

Dan apabila musibah menimpanya, maka dia juga akan kembali kepada Allah dengan bersabar. Dimana dua hal tersebut yaitu syukur dan sabar adalah merupakan lahan dirinya untuk mengena kepada Allah dan mendapatkan pahala serta ridha Nya. Allahu a’lam.

laporan: Abdullah AlYusriy

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid