Jakarta, Aktual.com — “Pendamlah wujudmu di dalam Bumi yang terselimut, maka Adapun biji-bijian yang tertanam jikalau tidak tertanam tidak sempurnalah hasil dari biji-bijian tersebut. “(Ibnu Ath-Thailah)

Dalam pengajian di kantor Aktual.com, Jakarta, baru-baru ini, Guru Spritual Aktual.com mengatakan, bahwa hikmah di atas, bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dimana seorang Muslim tidak boleh sombong dan selalu tawadhu. Hal itu disebabkan, kemasyhuran merupakan salah satu penghalang kebaikan yang disukai oleh Allah SWT‎.

“Kenapa Ibnu Ath-Thailah mengumpamakan manusia dengan kata biji-bijian karena kita seperti biji-biji, bijian ditanam di dalam tanah dengan baik maka akan tumbuh, tetapi jika sesuatu itu diletakkan di atas permukaan kemungkinan besar dan tumbuh kuat itu susah,” kata Guru Pengajian Aktual.com, dalam pengajian rutin Mingguan setiap Kamis Sore, di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

Selain itu, menurutnya, seorang Muslim tidak boleh riya. Akhlak dan perilaku seorang Muslim harus mengikuti tuntunan ajaran Rasulullah SAW.

“Kalau seseorang yang mengharapkan sampai kepada Allah SWT itu baru dikasih anugerah sedikit sama Allah SWT sudah kepingin yang lain atau terkenal. Wah itu sudah keluar dari koridornya, jadi simpanlah jangan kalian tonjolkan agar terkenal. Apalagi dalam urusan ibadah, jangan kau tunjukkan prestasi ibadahmu, Biar Allah yang menonjolkannya,” urainya memberikan saran.

Hikmah kehidupan ini perlu ditanamkan dalam diri Muslim atau Muslimah, sehingga tidak mudah ‘memasyhurkan’ diri sendiri.

“Kalau sekarang zamannya selfie ini adalah gejala-gejala umatnya Rasulullah SAW cinta dunia, ini pintarnya Yahudi. Yahudi itu tahu kalau hal hal yang sifatnya riya, ujub, kepingin tampil. Hati-hati dengan sifat riya, ujub karena merupakan penyakit hati,” paparnya menambahkan.

Agar kita dapat mengintropeksi diri kita sendiri, Guru Spiritual Aktual menganjurkan kepada Muslim untuk membaca “La Hawla Wa La Quwwata Illa Billah“.

“Itu adalah bejana di dalam bejana-bejana Surga. Kalau kita mendalami makna ini, di situ kita bisa intropeksi diri kita.” Wallahu A’lam Bishowab. 

Artikel ini ditulis oleh: