Gunung Agung

Klungkung, Aktual.com – Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan hingga Sabtu (23/9) siang kemarin terdapat sekitar 17 ribu hingga 18 ribu pengungsi. “Mungkin sekarang sudah mencapai 25 ribu seluruh Bali,” sebut Pastika, Minggu (24/9). Oleh karena itu, Pastika menetapkan jika bencana Gunung Agung menjadi bencana tingkat Provinsi Bali dari yang sebelumnya hanya di tingkat Kabupaten Karangasem.

“Jadi kita sudah nyatakan ini sebagai satu bencana Provinsi Bali dan semua bupati sudah standbye untuk ikut menangani mengurusi bencana ini,” jelas Pastika.

Pastika berharap bencana Gunung Agung tak menimbulkan korban dan kerugian yang besar bagi warga.

“Mudah-mudahan ini bisa kita bekerja dengan baik, sehingga tidak ada korban dan hal-hal yang dapat merugikan kita, kecuali memang masyarakat terpaksa meninggalkan rumahnya, ternaknya, harta bendanya. Itu juga kita pikirkan bersama tapi dalam tahap berikutnya,” ujar Pastika.

Untuk kondisi tanggap darurat, saat ini sedang memasuki tahap konsolidasi pendataan. Selain itu juga akan difokuskan pada rekonsiliasi bagi keluarga yang terpisah.

“Sekarang tahap tanggap darurat dan masuk ke tahap konsolidasi pendataan, baru tahap rekonsilisiasi karen ada keluarga terpisah. Misalnya satu di Karangasem dan satu di sini ya, ini harus dipersatukan kembali mereka, baru setelah itu rehabilitasi,” ungkapnya.

Ia berharap tahapan dan manajemen penanggulangan bencana Gunung Agung dapat dikelola dengan baik. Sementara itu, Pastika menyebut estimasi pengungsi sekitar 70 ribu jiwa.

“Minimal kalau terjadi letusan dan tergantung besar kecilnya letusan. Ini tidak ada yang bisa prediksi berapa lama. Belum pernah ada ahli yang bisa prediksi, karena perilaku gunung berapi itu beda-beda. Bahkan Gunung Kelud baru dinyatakan dua jam awas sudah meletus,” jelas dia.

Kendati begitu, ia menegaskan jika seluruh komponen telah siap menghadapi bencana letusan Gunung Agung. ‎”Pemprov siap, pusat sudah siap. Hari ini Menko Maritim ke Bali, kemarin Menteri ESDM datang. Semua konsen dan all out,” terangnya.

Hingga pukul 12.00 WITA kemarin, Sabtu 23 September 2017, Pastika menyebut ada 126 titik pengungsian.

“Saya kira sekarang sudah lebih dari 150 titik pengungsian. Sedang kita data dan titik-titik kecil itu supaya bergabung. Kalau dia tidak mampu, ada juga titik kecil tapi tinggal dengan keluarga dan keluarganya orang mampu,” urainya.

“Hidup di pengungsian itu tidak enak. MCK susah, berdesakan, nggak enak. Tapi kalau punya keluarga yang mampu, apakah itu di Denpasar, Badung atau Jakarta silakan. Kita tidak bisa memaksa mereka bergabung di sini,” tambah Pastika.‎

Pewarta : Bobby Andalan

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs