Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab memberikan tausiyah saat aksi bela islam 112 di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (11/2). Dalam tausiyahnya, Habib Riziek meminta kepada seluruh pimpinan politik di Tanah Air, untuk tidak menimbulkan opini buruk terhadap kegiatan dzikir dan tausiyah yang terpusat di Masjid Istiqlal. Khususnya para pemimpin di negeri ini. Jangan sekali-kali memaknai aksi kami sebagai aksi makar, sebagai aksi anti NKRI, aksi anti Pancasila, ataupun aksi anti Bhineka Tunggal Ika. AKTUAL/Tino Oktaviano
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab memberikan tausiyah saat aksi bela islam 112 di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (11/2). Dalam tausiyahnya, Habib Riziek meminta kepada seluruh pimpinan politik di Tanah Air, untuk tidak menimbulkan opini buruk terhadap kegiatan dzikir dan tausiyah yang terpusat di Masjid Istiqlal. Khususnya para pemimpin di negeri ini. Jangan sekali-kali memaknai aksi kami sebagai aksi makar, sebagai aksi anti NKRI, aksi anti Pancasila, ataupun aksi anti Bhineka Tunggal Ika. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Lautan manusia yang membanjiri Masjid Istiqlal, Jakarta, pada gerakan 112 lalu dinilai menjadi sinyal positif dalam kehidupan demokrasi Indonesia. Gerakan 112 pun menjadi tanda bahwa kesadaran masyarakat dalam berpolitik dan berdemokrasi telah tumbuh.

Anggota tim relawan pasangan calon Anis Baswedan – Sandiaga Uno, Darussalam, menilai Aksi 11 Februari 2017 atau Aksi 112 sebagai anomali dari gerakan-gerakan lainnya dalam jumlah banyak yang cenderung berujung rusuh.

“Justru kita melihat bahwa ada kesadaran baru dari beberapa kelompok masyarakat untuk memilih parlemen jalanan tanpa menggunakan kekerasan. Dan ini sangat konstitusional,” ungkap Darussalam dalam sebuah diskusi publik di Jakarta, Senin (13/2).

Menurut pria yang biasa disapa Alam ini, sangat sulit untuk menjaga unjuk rasa yang dihadiri ribuan orang tanpa adanya kerusuhan di dalamnya. Sedangkan gerakan 112 membuktikan bahwa sebuah unjuk rasa dapat berlangsung dengan tertib walaupun dihadiri oleh puluhan ribu orang sekalipun.

“Di daerah saya, kalau ada 20 ribu orang demo pasti ada kantor walikota yang terbakar. Saya dari Bima, kemaren ada kantor walikota yang dibakar. Nah ini juataan orang berkumpul tapi enggak ricuh,” ucapnya.

(Teuku Wildan)

Artikel ini ditulis oleh: