Pasien dievakuasi ke parkiran rumah sakit Kota Mataram pascagempa bumi berkekuatan 7 pada skala richter (SR) di Mataram, NTB, (5/8). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/wpa/pras/18

Mataram, Aktual.com – Gelombang eksodus masyarakat Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, kembali terjadi pascagempa bumi susulan pada siang dan Minggu malam dengan kekuatan 7,0 skala richter.

“Bahkan jumlah masyarakat yang meninggalkan rumahnya untuk mengungsi kali ini lebih besar dan sporadis,” kata Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana di Mataram, Senin (20/8).

Pernyataan itu disampaikan dalam rapat koodinasi dengan camat, lurah serta sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, di bawah tenda darurat.

Sebelumnya, kata dia, masyarakat yang mengungsi pascagempa bumi pada minggu pertama Agustus sudah mulai kembali ke rumah masing-masing, tapi Allah berkehendak lain sehingga terjadilah gempa susulan dengan kekuatan yang sama pada minggu pertama.

Terkait dengan itu, tugas aparat kelurahan dan kecamatan dalam hal ini kembali melakukan pengecekan terhadap sebaran titik pengungsian masyarakat termasuk pada titik-titik baru.

“Camat dan lurah juga harus memberikan label pada masing-masing zona, dan mendata berapa kepala keluarga serta berapa jiwa yang ada pada zona tersebut,” katanya.

Bila perlu, lanjut Mohan, para pengungsi diarahkan pada satu titik kumpul yang lebih luas agar dapat terkoordanasi secara maksimal termasuk untuk pendistribuian bantuan logistik.

“Camat dan lurah harus mendata pengungsi lebih spesifik lagi terutama untuk kategori usia lanjut, bayi, balita dan ibu hamil,” ujarnya.

Di samping itu, wakil wali kota juga meminta Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) memasang lampu penerang pada sejumlah titik pengungsian yang tidak memiliki lampu penerang. “Jangan sampai titik pengungsian masyarakat gelap gulita, dan hal itu dapat memicu hal-hal yang tidak kita inginkan,” ujarnya.

Di sisi lain, Mohan juga mengingatkan kapada aparat agar tidak membiarkan lingkungan kosong tanpa ada petugas keamanan ketika masyarakat pergi ke lokasi pengungsian yang biasanya dilakukan mulai sore hari.

“Sedangkan untuk pendataan rumah rusak yang sebelumnya sudah ditutup, kini dibuka kembali agar masyarakat yang rumahnya rusak akibat gempa susulan bisa segera melaporkan dan terdata secara terstuktur,” ujarnya.

Berdasarkan data BPBD Kota Mataram, data jumlah pengungsi terakhir pada 16 Agustus 2018, berjumlah 93.073 orang yang tersebar pada 977 titik ungsi dienam kecamatan.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: