Ketua GNPF Ulama Ust Yusuf Muhammad Martak, sedang memberikan keterangan kepada media, bersama dengan jajaran pengurus GNPF lainnya, yakni Sekjen GNPF Ulama, Ust Muhammad Al Khathath dan Pengurus GNPF Ust Shobri Lubis di Jakarta, Senin (12/3)
Ketua GNPF Ulama Ust Yusuf Muhammad Martak, sedang memberikan keterangan kepada media, bersama dengan jajaran pengurus GNPF lainnya, yakni Sekjen GNPF Ulama, Ust Muhammad Al Khathath dan Pengurus GNPF Ust Shobri Lubis di Jakarta, Senin (12/3)

Jakarta, Aktual.com – Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama menyoroti isu-isu utama yang berkembang di tahun politik yang terkait dengan kepentingan umat Islam. Hal itu sejalan dengan perubahan nama dari GNPF MUI menjadi GNPF Ulama sehingga memperjuangkan misi yang lebih luas. Salah satunya melalui hajatan Kongres Umat Islam pada April mendatang.

“GNPF Ulama memandang perlu untuk mengawal fatwa ulama secara umum, sehingga nama GNPF MUI berubah menjadi GNPF Ulama dan bertekad akan tetap istiqomah mengawasi fatwa ulama,” kata Ustad Yusuf Muhammad Martak, Ketua GNPF Ulama pengganti KH Bachtiar Nasir di Jakarta, Senin (12/3).

Menurut dia, pergantian kepengurusan ini hanya untuk menyegarkan dan mengefektifkan manajemen organisasi. Pada kepengurusan baru ini, GNPF Ulama menjadikan kepemimpinan GNPF Ulama bersifat kolektif kolegial dan secara bergilir melakukan rotasi dan reposisi tanpa ada pengurangan jumlah anggota pimpinan GNPF Ulama, dan malah akan melakukan penambahan jumlah keanggotaan kepemimpinan GNPF Ulama. Dalam kepengurusan baru ini Ustad Yusuf Muhammad Martak didapuk sebagai pengganti KH Bachtiar Nasir, sedangkan untuk Sekjen GNPF dijabat oleh Ust Muhammad Al Khathath, sedangkan pengurus lainnya tetap.

Terkait isu-isu utama di tengah umat, lanjut dia, GNPF Ulama juga melihat situasi beberapa bulan terakhir ini, dengan banyaknya ulama dan ustadz yang diserang oleh sekelompok ‘orang gila’, menyerukan agar seluruh laskar Islam bersiaga dan meningkatkan kewaspadaan serta secara kongkret mendampingi para ulama dan ustad agar terhindar dari serangan fisik. Selain itu, GNPF-Ulama menyerukan kepada laskar Islam untuk menangkap dan menggali informasi dari para penyerang tersebut untuk mendapatkan kejelasan motif dan kelompok jahat di balik skenario itu.

“GNPF-Ulama mendesak kepada aparat penegak hukum untuk segera bertindak melindungi ulama dan ustad dengan cara membongkar jaringan sindikat penyerang serta proses hukum dan memberikan penjagaan kepada ulama dan ustad,” paparnya.

Terkait dengan tahun politik 2018-2019, GNPF-Ulama menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk terus menerus melakukan konsolidasi. Hal ini penting untuk mempersatukan umat dan menghasilkan kepemimpinan yang sesuai dengan tuntunan agama.

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina GNPF Ulama, Habib Rizieq Shihab melalui sambungan telepon di Mekkah menyatakan apresiasi yang tinggi atas kepengurusan sebelumnya.

“Dari kota suci Makkah al-Mukarromah, saya sampaikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada segenap pengurus GNPF Ulama yang pada hari ini menggelar rapat sekaligus menggelar konferensi pers dalam rangka memberikan jawaban ke pada publik tentang aneka ragam problematika yang dihadapi umat Islam. Saya bangga dengan pertemuan yang digelar hari ini karena pertemuan ini sekaligus menjawab kabar hoax, berita-berita bohong yang selama ini dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tentang adanya perpecahan atau keretakan di dalam GNPF Ulama,” kata Habib Rizieq.

Terkait adanya perubahan nama dari GNPF MUI ke GNPF Ulama sama sekali bukan merupakan indikasi adanya perbedaan, apalagi perpecahan di dalam tubuh GNPF. Berubahnya GNPF MUI ke GNPF Ulama ini merupakan hasil musyawarah dari pendiri dan pengurus GNPF dengan mempertimbangkan segala macam usul, saran dan masukan, serta dengan mempertimbangkan segala macam aspek.

“Karena itu saya mendukung penuh perubahan nama tersebut dan itu merupakan suatu dinamika kehidupan berorganisasi yang wajar. Begitu juga terjadinya perubahan sistem kepungurusan dalam GNPF yang semula menganut sistem kepemimpinan sentralistik, kemudian berdasarkan hasil musyawarah antara pendiri dan para pengurus GNPF menjadi kepemimpinan kolektif kolegial, ini juga bukan merupakan indikasi perpecahan dan perselisihan yang terjadi dalam GNPF. Tapi itu merupakan suatu yang sangat wajar terjadi di dalam sebuah organisasi,” jelasnya.

Habib Rizieq memberikan apresiasi secara khusus kepada kepemimpinan GNPF MUI yang dulu dipimpin oleh KH Bachtiar Nasir yang selama kepemimpinannya telah membawa GNPF MUI kepada suatu pergerakan yang sangat monumental dan berhasil membawa GNPF mencapai tujuan yang diharapkan umat Islam ketika itu.

“Dan kini saya juga memberikan apresiasi kepada kepungurusan baru GNPF yang akan terus melanjutkan langkah-langkah, visi misi yang dulu pernah diperjuangkan oleh KH. Bachtiar Nasir dan kawan-kawan untuk terus dikembangkan, diperbaiki agar GNPF ke depan bisa lebih bermanfaat bagi umat Islam. Terimakasih kepada KH. Bachtiar Nasir dan kawan-kawan dan terimakasih juga untuk kepengurusan baru yang saat ini dipimpin oleh Yusuf Muhammad Martak,” katanya.

Yusuf menjelaskan kepengurusan GNPF tidak berubah dan justru bertambah dengan bentuk presidium. GNPF-Ulama juga berencana menggelar kongres umat Islam pada April 2018 di Jakarta. “Tujuan kongres umat Islam untuk menyoroti isu-isu utama yang berkembang di tengah umat, termasuk pemilihan kepala daerah (pilkada) 2018 dan pemilihan presiden (pilpres) 2019,” ujar Yusuf.

Menurut dia, kongres ini akan membahas berbagai isu seperti memperkuat persatuan umat dalam menghadapi tahun politik, sikap umat islam dalam pilkada dan pilpres agar dapat menghasilkan pimpinan yang membawa kemaslahatan bagi umat.

“Kami ingin mengedukasi umat di tahun politik ini terutama terkait perhelatan pilkada 2018 dan pilpres 2019 agar umat memahami dan menentukan calon pemimpin yang layak dipilih sesuai rekam jejak yang bersih dan kompetensinya,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka