Dengan fakta pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen, tentu jika program 35.000 MW tetap dipaksakan akan menjadi beban bagi PT PLN. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Ekonom senior dari INDEF, Faisal Basri memperkirakan perekonomian global di tahun depan diperkirakan akan mulai membaik seiring dengan adanya pemulihan di Amerika Serikat.

Di sana, lapangan pekerjaan sudah mulai banyak dibuka dan upah pekerja naik 24 persen. Artinya, dengan pemulihan ekonomi di sana mestinya bisa berdampak ke perekonomian negara emerging market, seperti Indonesia.

“Tapi sayangnya, kondisi itu tak membuat ekonomi kita terkena imbas positif. Karena ekonomi kita tergantung sama harga komoditas,” kata Faisal, di Jakarta, Kamis (7/12).

Sementara, dia menegaskan, pertumbuhan ekonomi global paling besar itu akan memengaruhi sektor industri dan jasa keuangan.

“Celakanya, selama ini peran industri terhadap perekonomian nasional cuma 38 persen, sedangkan kinerja sektor keuangan masih sangat rendah. Sampai saat ini sektor keuangan belum pulih dari kondisi sebelum krisis,” tegas Faisal.

Makanya dia pun masih pesimis dalam melihat perekonomian di tahun depan. Dia prediksi hanya sebesar 5,1 persen, jauh dari target pemerintah di angka 5,4 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka