Ekonom Indef Faisal Basri

Jakarta, Aktual.Com – Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri, mengatakan sektor produksi crude oil atau minyak mentah Indonesia mengalami penurunan dalam empat tahun terakhir.

“Tak terasa sudah empat tahun kita mengalami defisit perdagangan minyak mentah, ada pun defisit bahan bakar minyak atau oil products sudah berlangsung sejak tahun 1997,” tutur Faisal, Kamis (23/2).

Kemerosotan harga minyak tahun 2015 lalu menurutnya amat menolong perbaikan defisit minyak, dari USD 27 miliar pada 2014 menjadi USD 14,4 miliar di tahun 2015 dan turun lagi jadi USD 11 miliar pada tahun 2016.

Namun, memasuki tahun 2017 harga minyak mulai merangkak naik. Bank Dunia memperkirakan harga minyak rata-rata tahun ini naik 28,5 persen dibanding tahun sebelumnya (2015).

Akibatnya, defisit minyak mentah Indonesia diperkirakan bakal naik pula. Dampak lainnya yang perlu diantisipasi kata Faisal yakni kenaikan harga BBM yang berdampak terhadap peningkatan laju inflasi.

“Ada baiknya pemerintah mendorong Pertamina lebih fokus meningkatkan usaha di hulu untuk menggenjot produksi minyak mentah, agar setidaknya penurunan produksi minyak nasional bisa ditekan,” ujar ekonom senior ini.

Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memang memprediksi hingga tahun 2022 produksi minyak Indonesia terus menurun di bawah level 600 ribu bph, ini lantaran produksi blok migas yang beroperasi juga menurun.

Pewarta : Nelson Nafis

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs