Pemerintah menargetkan ekonomi Indonesia dapat tumbuh pada level 5,1% di tahun 2017. Target ini lebih tinggi dibandingkan capaian pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 5,02%. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Rasa percaya diri yang besar membuat Jokowi kurang perhitungan dalam membuat berbagai kebijakan ekonomi. Bahkan keyakinan bahwa dia idola membuat Jokowi bahkan sanggup membuat kebijakan yang tiidak populis. Jokowi yakin bahwa kebijakananya tidak mungkin ditolak karena orang indonesia sangat mengidolakannya.

Baru beberapa hari Jokowi menjabat presiden pada akhir 2014 lalu,  dia langsung mencabut subsidi BBM. Bahkan kebijakan ini dilakukan pemerintah tanpa persetunjuan DPR. Karena para angota DPR juga banyak yang mengidolakannya, kebijakan menaikkan harga BBM diterima DPR dengan senang hati. Presiden sebelumnya sangat berhitung setatus kali sebelum menaikkan harga BBM.

Tanpa disasari bahwa kebijakan menaikkan harga BBM mendorong kebijakan sektor lain bergerak ke arah yang sama..naik naik dan naik. Padahal pada saat Jokowi mulai menjabat, harga minyak dunia tengah jatuh. Banyak negara memanfaatkan penurunan harga energi termasuk BBM adalah kesempatan untuk menekan biaya, memulihkan ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat yang tengah melemah.

Akibat kenaikan harga BBM inflasi menjadi tinggi dan tidak terkendali. Harga harga barang kebutuhan hidup serempak naik. Bahkan harga pangan yang pada tingkat global sedang turun tajam, di Indonesia malah naik berkali kaki lipat. Intinya inflasi sangat tinggi. Meski BPS melalui survey survey merekayasa sedemikian rupa agar kondisi ekonomi terlihat baik baik saja.

Kebanyakan orang bisa saja tertipu oleh kampanye bahwa yang memuji keberanian Jokowi menaikkan harga BBM, tapi tidak dengan sektor keuangan dan perbankkan. Mereka ini tidak mungkin tertipu. Maka segera setelah Jokowi menaikkan harga BBM, bank bank segera menaikkan suku bunga kredit mereka. Bank bertanding dengan inflasi yang tinggi. Meskipun bank bank meminjam di china, singapura dan negara lain dengan bunga 5%, mereka mengambil untung paling tidak dua kali lipat. Belum lagi ditambah asumsi nilai tukar rupiah bisa saja terus merosot.

Kebijakan bank bank yang menaikkan suku bunga kredit mengakibatkan kredit merosot. Padahal kredit yang besar baik kredit perumahan maupun kredit konsumsi merupakan penopang utama konsumsi masyarakat. Suku bunga yang tinggi mengakibatkan penyaluran kredit perbankkan merosot tajam.

Padahal dalam satu dasawarsa terakhir,  ekonomi indonesia ditopang oleh sektor konsumsi. Konsumsi ditopang oleh kredit konsumsi dan kredit prooerty. Tahun tahun awal Jokowi langsung ditandai sektor property ambruk dan sektor ritel ambruk dan terus memburuk sampai dengan hari ini.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka