Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (USD) kemungkinan masih tak akan berbeda dari sebelumnya, yakni masih berada di zona merah. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi XI DPR RI Wilgo Zainar menyebut melemahnya nilai tukar rupiah di angka Rp. 13.500,- per dollar AS dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.

Pertama, yakni karena ada indikasi the Fed Fund Rate akan dinaikkan. Kedua, ekonomi Amerika Serikat yang membaik dengan kebijakan American First. Ketiga, faktor geopolitik antara AS dan Korea Utara yang cukup memanas.

“Di faktor internal, pertanyaannya apakah memang rupiah kita ini sangat rentan. Apakah dengan melemahnya rupiah menguntungkan kita untuk ekspor ? Karena sebagian besar kita bergantung pada impor. Kalau kita bergantung pada impor berarti neraca pendapatan kita defisit. Ini dampaknya ke penerimaan,” ujar Wilgo di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (4/10).

Karenanya, ia menilai pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia (BI) harus berada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah. Jika tidak, maka akan berdampak pada postur APBN 2018.

“Jangan sampai 13.500-13.600 kemudian nyampe 14.000 ya kita harus koreksi semua postur APBN. Mudah-mudahan fluktuasi ini sifatnya temporary,” kata Politisi Gerindra ini.

Bila nilai tukar rupiah benar-benar menembus Rp. 14.000,- per dollar A, lanjut Wilgo, tentu DPR akan mengevaluasi RAPBN 2018. Namun, jika rupiah masih aman di angka Rp. 13.500,- maka postur APBN hari ini akan masih tetap berlaku.

“Pasti akan dievaluasi. Karena kita masih 13.400, walaupun sebagian 13.500 tapi masih postur itu berlaku. Tapi kalau 14.000 tentu semua postur harus kita evaluasi kembali. Karena bagaimanapun juga kita masih impor,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby