Seorang pria memerhatikan pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (19/5). Merespons pengumuman naiknya peringkat kredit Indonesia menjadi "investment grade" oleh lembaga pemeringkat S&P Global Ratings, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah setelah ditutup menguat menguat 174,79 poin atau 3,09 persen ke level 5.820. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww/17.

Jakarta, Aktual.com – PT Ancora Indonesia Resources Tbk atau OKAS mengaku tak tahu sahamnya disuspensi pihak otoritas setelah mengalami kenaikan yang tajam. Padahal, kondisi pertambangan juga masih melambat. Pihaknya pun mengaku tak tahu dengan lonjakan sahamnya yang secara tiba-tiba itu.

“Secara umum, memang kondisi sektor pertambangan belum membaik dan bahkan masih menurun. Tetapi, saham kami mengalami kenaikan,” ungkap Direktur Utama OKAS, Teddy Kusumah Somantri di Jakarta, Rabu (30/8).

Dia menyebutkan, pada Semester I-2017 pendapatan perseroan mengalami penurunan sebesar 20 persen (yoy) menjadi US$ 43,39 juta, sedangkan dari sisi bottom line, hingga 30 Juni 2017 OKAS mencatatkan kerugian sebesar US$5,91 juta.

“Total ekuitas pemegang saham menurun 60 persen, karena rugi bersih konsolidasi di 2017,” kata dia.

Teddy mengungkapkan, pada Semester I-2017 utang usaha perseroan juga meningkat 4 persen, akibat peningkatan utang anak usaha, PT Multi Nitroma Kimia sebesar 5 persen. “Pinjaman lainnya meningkat sebesar 35 persen,” jelas Teddy.

Untuk itu, pihak perseroan juga siap melakukan restrukturisasi utang kepada lembaga perbankan akan dilakukan perseroan dengan memperpanjang tenor pelunasan dan mengajukan penurunan tingkat bunga.

“Restrukturisasi utang pada pemasok utama, solusi yang kami cari tidak dengan mengkonversi saham,” tegasnya.

Saat ini, pihaknya tengah mengkaji rencana penerbitan obligasi dan rights issue dengan melepas saham. Hal ini sejalan dengan keinginan perseroan mengembangkan bisnis ke subsektor pertambangan emas dan mineral.

“Salah satu pengembangan yang saat ini sedang kami jajaki secara intensif adalah terlibat ke dalam bisnis pertambangan emas dan mineral,” kata dia.

Guna mendukung pengembangan bisnis tersebut, dia menyebutkan, perseroan tengah menganalisa rencana penggalangan dana dari pasar modal.

“Kami belum bisa menentukan, apakah kami akan rights issue atau menerbitkan surat utang. Karena, kami belum mengetahui secara pasti kebutuhan dananya,” jelas Teddy. (*)

(Reporter: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka