Jakarta, Aktual.co — Walau belum melihat isi film “Di Balik 98”, namun mantan aktivis gerakan 98 yang kini menjadi anggota DPR RI, Adian Napitupulu, memprotes secara terbuka film karya Lukman Sardi yang rencananya akan dilepas ke publik pada 15 Januari itu. Selaku bagian dari sejarah 98, Adian merasa tersinggung.

“Dari membaca berbagai pemberitaan media, saya perlu menyampaikan protes terbuka atas penggunaan istilah yang salah kaprah. Entah sengaja atau tidak, tapi jelas istilah itu bermakna mendiskreditkan Gerakan 98 dan semua yang terlibat di dalamnya,” kata Adian, dalam rilisnya (Senin, 5/1).

Adian menangkap, dalam berbagai pemberitaan terkait film “Di Balik 98” ada kalimat menyebutkan bahwa “…..Gerakan gabungan mahasiswa seluruh Indonesia yang separatis…”. “Saya tidak mengerti apakah sutradara atau produser atau siapapun yang menyatakan hal itu mengerti arti kata separatis atau tidak. Yang jelas penyamaan gerakan 98 dengan gerakan separatis tentu menujukkan mereka yang bicara tidak mengerti arti kata separatis atau memang sengaja menggiring opini, memutarbalikan fakta bahwa gerakan 98 adalah gerakan untuk memisahkan diri dari NKRI,” jelas Adian.

Menurut politisi PDI Perjuangan ini, penggunaan istilah “separatis” sama saja membunuh berkali-kali mereka yang telah gugur di kampus Trisakti, jembatan Semanggi, kota Yogyakarta, Solo, Palembang, Lampung dan kota-kota lain yang bergolak di tragedi 98.

“Sama saja dengan kembali berulang-ulang memukuli kepala kami dengan rotan, berulang-ulang menembaki kami hingga hari ini. Gerakan 98 bukanlah gerakan separatis tetapi gerakan sosial rakyat dengan kepeloporan mahasiswa yang menuntut perubahan yang lebih baik. Turunnya Soeharto merupakan salah satu tahap penting untuk membuka jalan perubahan,” kata dia.

Adian meminta pihak-pihak yang terkait dengan proses produksi menjelaskan secara terbuka maksud dari penggunaan istilah “separatis”. Jika memang salah, sebaiknya segera minta maaf pada semua pelaku sejarah 98 serta sanak keluarga mereka yang gugur. “Tapi bila memang merasa diri benar dalam menggunakan istilah itu, maka baiknya kita berdebat secara terbuka di hadapan rakyat untuk mempertanggungjawabkan penggunaan istilah tersebut,” tegasnya.

Sebelumnya, Adian juga menyebarkan rumor bahwa film yang berisi kisah cinta dan kisa kehilangan keluarga di balik tragedi 98 ini didanai mantan Panglima ABRI, Jenderal (Purn) Wiranto. Rumor ini sudah dibantah oleh Lukman Sardi sendiri di berbagai media massa.