Direktur Utama Pelindo II, Elvyn G Masassya (ketiga dari kiri), Direktur penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat (kedua dari kiri),Direktur Utama PT Jasa Armada Indonesia Tbk, Dawam Atmosudiro (kanan) dan jajaran direksi JAI dan BEI lainnya memantau pergerakan saham disela pencatatan saham JAI di Jakarta, Jumat (22/12). JAI nak usaha PT Pelabuhan Indonesia II (persero) (IPC), telah resmi mencatatkan sahamnya di BEI,Perusahaan yang tercatat dengan kode saham "IPCM" ini telah melepas sejumlah 1,21 miliar lembar saham baru atau setara dengan 23% dari modal ditempatkan dan disetor.JAI resmi menjai emiten ke 36 yang melantai di Bursa pada tahun 2017. JAI bergerak di bidang pemantauan dan penundaan kapal di Pelabuhan milik Negra,terminal swasta (TUKS) dan terminal khusus lepas pantai (oil & Gas Ship to Ship/STS) dibidang usaha sejenis,JAI adalah perusahaan pertama melakukan IPO. AKTUAL/Eko S Hilman

Jakarta, Aktual.com – Bursa Efek Indonesia menilai bahwa kepercayaan investor terhadap ekonomi nasional menjadi salah satu faktor yang mendorong indeks harga saham gabungan kembali mencatatkan rekor baru sepanjang sejarah.

“Pasar modal selalu naik mendahului naiknya perekonomian dan biasanya turun mendahului perekonomian,” ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Rabu (17/1).

Ia mengatakan bahwa salah satu indikator ekonomi nasional bisa dilihat dari tata kelola manajemen fiskal Indonesia yang baik, nilai tukar rupiah yang stabil, inflasi terjaga, serta kondisi politik kondusif. Selain itu, hasil kinerja emiten yang tumbuh signifikan turut meningkatkan kepercayaan investor untuk menempatkan dana investasinya di pasar saham domestik.

Pada kuartal ketiga 2017, ia mengemukakan rata-rata pertumbuhan laba emiten mencapai 20 persen, itu merupakan terbesar di kawasan Asean. Dirinya optimistis pertumbuhan itu akan bertahan bahkan lebih baik pada tahun ini sehinga terefleksi dengan terus naiknya IHSG.

Sementara itu, Direktur Investor Relation and Chief Economist Bahana TCW, Budi Hikmat mengatakan posisi Indonesia saat ini jauh lebih baik. Beberapa indikator di antaranya seperti penurunan defisit neraca berjalan, penguatan cadangan devisa, perlambatan inflasi dan kestabilan rupiah.

“Maka, tak heran bila lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings memberikan kenaikan peringkat layak investasi pada akhir tahun lalu,” katanya.

Ia menilai ada tiga kunci utama untuk pemulihan ekonomi dan prospek investasi secara keberlanjutan, yakni keberhasilan pemerintah dalam memperluas lapangan pekerjaan, pengendalian defisit neraca berjalan, dan mendorong penerimaan pajak yang tetap ramah bagi dunia usaha.

“Rasio pajak terhadap PDB Indonesia terbilang bisa ditingkatkan secara gradual. Jika upaya ini berhasil maka penawaran (supply) obligasi negara akan berkurang. Hal ini akan diikuti dengan penurunan yield mendekati negara sekawasan yang berkisar 5 persen. Valuasi saham dapat meningkat sehingga mendorong kenaikan IHSG,” katanya.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara