Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio (kedua kiri) didampingi Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Hamdi Hassyarbaini, serta Direktur Pengembangan BEI, Hosea Nicky Hogan saat memberikan penjelasan pada jumpa pers di Galeri BEI, Jakarta, Kamis (27/8). Bursa Efek Indonesia (BEI) menemukan ada 14.000 transaksi kena batas bawah auto rejection. Enam Anggota Bursa (AB) dicurigai lakukan short selling. Tito mengaku tak habis pikir ada sejumlah perusahaan raksasa yang mengeruk begitu banyak sumber daya alam di Indonesia tapi mencatatkan sahamnya di luar negeri. AKTUAL/EKO S HILMAN

Jakarta, Aktual.com — Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tito Sulisto mengatakan pelaku pasar modal saat ini bingung menebak arah ekonomi pemerintah Jokowi-JK. Pasalnya, Jokowi hingga saat ini terlihat tidak memiliki rencana pembangunan jangka panjang.

“Kami bingung mau dibawa kemana ini. Hingga saat ini pun kami belum pernah disosialisasikan strategi negara apa dan mau dibawa kemana arah pembangunan negara ini,” ujar Tito di Jakarta, Kamis (10/9).

Lebih lanjut dikatakan, pihaknya meminta Bappenas membuat satu rangkaian kerja jangka panjang terkait arah pembangunan Indonesia. Pasalnya, pemerintahan terdahulu memiliki Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang jelas, kebijakan ekonomi tak perlu mendapat persetujuan parlemen.

“DPR hanya lihat anggarannya. Sampai saat ini tidak ada kewajiban praktis. Coba tunjukan rencana 25 tahun yang di-approve dan pernah disosialisasikan,” pungkasnya.

Untuk diketahui, permasalahan yang menerpa pimpinan negara saat krisis ekonomi terpecah menjadi dua. Perpecahan terjadi di politik dalam negeri dan pelbagai proyek ekonomi yang maju mundur. Reformasi kelembagaan hanya menyentuh penyederhanaan jumlah lembaga-lembaga non kementerian, belum masuk pada penerapan sistim negara hukum dan transparansi.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka