Sejumlah pekerja mengangkut karung beras untuk stok di gudang penyimpanan Sub Drive Regional Bulog Punteuet, Lhokseumawe, Aceh, Rabu (18/5). Perum Bulog setempat menyimpan stok 7000 ton beras kebutuhan Juni-Agustus 2016 untuk menghadapi Ramadan dan Idul Fitri, meliputi kebutuhan beras tiga kabupaten/kota di Aceh. ANTARA FOTO/Rahmad/kye/16

Jakarta, Aktual.com – Pengamat Rumah Politik Indonesia Fernando Ersento Maraden Sitorus, menilai pengelolaan BUMN saat ini ada keanehan. Hal ini karena ada kerugian dalam pengelolaan Bulog.

Fernando mengungkapkan, ketika Rizal Ramli menjabat sebagai Kepala Bulog pada 2000-2001, Bulog bisa surplus samapi dengan Rp5 Triliun.

“Kok sekarang katanya rugi mencapai Rp900 miliar, kan aneh,” kata Fernando saat dihubungi di Jakarta, ditulis Sabtu (29/4).

Fernando menduga ada yang tidak beres dalam pengelolaan Bulog ini. “Bisa karena Menterinya yang tidak punya program baik, bisa juga ada oknum yang bermain,” katanya.

Lebih lanjut Fernando meminta, kejadian ini untuk bisa diselidiki oleh pihak-pihak berwajib, karena penurunan tersebut.

“Ya harus diselidiki. Ini tidak sesuai dengan target presiden Jokowi,” tegasnya.

Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat masih ada beberapa perusahaan di bawah naungan kementerian yang belum mampu mencatatkan kinerja positif. Sepanjang kuartal I 2017, terdapat 26 BUMN yang masih merugi.

Sekretaris Kementerian‎ BUMN ‎Imam Apriyanto Putro menjelaskan, dari 26 BUMN yang merugi atau belum mencatatkan keuntungan tersebut, Perum Bulog menjadi BUMN yang mencatatkan kerugian paling besar.

“Perum Bulog yang masih rugi paling besar, sekitar Rp 900 miliar di kuartal I tahun ini,” kata Imam di Wikasatrian, Bogor‎, Jumat (28/4).

Artikel ini ditulis oleh: