A worker walks in between oil barrels at Pertamina's storage depot in Jakarta in this January 26, 2011 file photo. To match Special Report CHINA-CORRUPTION/INDONESIA REUTERS/Supri/Files (INDONESIA - Tags: ENERGY BUSINESS)

Jakarta, Aktual.com – Data neraca perdagangan Indonesia yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama ini menunjukkan neraca minyak dan gas bumi (migas) masih defisit. Bank Indonesia (BI) melihat kondisi itu mesti diwaspadai oleh pemerintah. Sekalipun data ekspor minyak naik, tapi impornya juga meninggi.

“Memang ekspor minyak meningkat, karena hal ini terjadi peningkatan volume maupun harga. Namun ternyata belum mampu mengimbangi peningkatan impor minyak tersebut,” tegas Kepala Divisi Departemen Statistik BI, Tutuk Setya Hadi Cahyono di kompleks Gedung BI, Jakarta, Jumat (19/5).

Sehingga dengan laju impor minyak yang masih meninggi membuat defisit neraca migas pada kuartal I-2017 meningkat menjadi US$2,2 miliar. “Terutama disebabkan oleh peningkatkan volume impor produk minyak dan harga minyak dunia,” kata dia.

Sementara itu, dia menegaskan, surplus neraca perdagangan di sektor nonmigas pada tiga bulan pertama tahun ini tercatat mencapai US$7,8 miliar. Ini menjadi angka tertinggi selama enam tahun terakhir.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan