Erbil, Aktual– Data yang tercatat tentang neraca perdagangan Indonesia-Irak tidak mencerminkan kondisi sesungguhnya. Hal itu karena ada produk-produk Indonesia yang masuk ke Irak tetapi tidak dicatat berdasarkan negara asal (country of origin), namun lewat “negara transit,” sehingga yang tercatat sebagai negara pengekspornya bukan Indonesia.

Hal itu diungkapkan Koordinator Fungsi Politik dan Ekonomi, merangkap Kepala Kanselerai KBRI Baghdad, S. Ari Wardhana, kepada wartawan Aktual.com, Satrio Arismunandar, yang melaporkan dari Erbil, Irak, Minggu (8/10).

Dalam neraca perdagangan Indonesia-Irak sekarang, Indonesia sudah mengalami surplus. “Kita bisa mempertahankan surplus perdagangan dengan Irak. Walaupun angkanya hanya sekitar 40-50 juta dollar AS tiap tahun, dengan persentase surplus di pihak Indonesia sekitar 90 persennya. Tapi itu sebelum Indonesia membeli minyak dari Irak. Sesudah Indonesia membeli minyak, tercatat di BPS bahwa angka surplus kita makin kecil,” ujar Ari.

Irak adalah negara yang tidak punya atau sangat terbatas kapasitasnya untuk ekspor. Maka ada peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Irak. Mayoritas yang bisa melihat peluang ini secara maksimal dengan naluri bisnisnya adalah para pengusaha. Maka KBRI Baghdad di bawah pimpinan Dubes Safzen Noerdin sejak 2012 berinisiatif mengundang partisipasi pengusaha Indonesia agar ikut di pameran perdagangan internasional di Baghdad.

“Beberapa waktu lalu saya sudah ke Bandung, menghubungi hubungi Dinas Perindustrian dan Perdagangan, untuk mengajak mereka bergabung di pameran. Kita tawarkan dengan keyakinan bahwa mereka berminat. Ini tidak mudah, karena ada faktor-faktor lain yang menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha dan KBRI Baghdad dalam meyakinkan mereka untuk berpartisipasi dalam pameran,” Ari menuturkan.

Hal lain yang patut dicermati dalam hubungan ekonomi kedua negara, KBRI Baghdad hingga saat ini masih terus mengupayakan, agar Irak bisa membangun pengilangan minyak di Indonesia. Pembangunan itu disertai jaminan suplai minyak dari Irak secara jangka panjang, sehingga kilang itu tidak akan kekurangan suplai. Pembangunan kilang itu merupakan investasi yang mahal, maka perlu ada jaminan suplai jangka panjang. Kualifikasi minyaknya juga harus cocok dan hal itu sudah dirintis. ***

Artikel ini ditulis oleh: