Suasana aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (18/3). Pemerintah melalui Kemenko Maritim terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak agar dapat memangkas Dwelling Time (kontainer dibongkar dari kapal sampai dengan keluar dari kawasan pelabuhan) meski saat ini Dwelling Time telah 3,6 hari yang sebelumnya 5-7 hari. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A./pras/16

Jakarta, Aktual.com – Ketua Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita menyatakan data waktu tunggu peti kemas (dwelling time) yang sebelumnya disebut Pelindo II tidak dapat menjadi acuan.

Menurutnya, pernyataan Direktur Pelindo II, Elvyn G Masassya, yang menyatakan waktu tunggu peti kemas sudah lebih cepat, dapat membuat kebijakan yang tidak sasaran jika menjadi sebuah acuan. Pasalnya, ucapan Elvyn disebut Zaldy, sangat kacau karena telah memanipulasi data tersebut.

“Seharusnya pakai data yang valid dari Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok sebagai lembaga yang netral,” ujar zaldy di Jakarta, Selasa (28/3/2017).

Elvyn sempat menyatakan bahwa waktu tunggu peti kemas telah mencapai 2,7 hari. Namun kenyataan di lapangan justru menunjukkan bahwa waktu tunggu masih berkisar 3,9 hari.

Menurut Zaldy, penggunaan data yang tidak valid ini sebagai acuan dapat berdampak kebijakan yang kurang tepat. Hal ini dikarenakan Pemerintah Jokowi sudah salah dalam melihat waktu peti kemas sejak awal.

“Jangan lihat hanya dari fisik (petikemas). Bisa jadi peti kemasnya sudah keluar dari pelabuhan tapi dokumen impornya belum beres,” kata Zaldy.

Menurut dia, alangkah baiknya jika pemerintah menaruh perhatian dan berinvestasi untuk menata sistem IT di pelabuhan.

Lebih lanjut, Zaldy menyarankan agar dwelling time impor ideal untuk jalur hijau dan kuning bisa mencapai 1 hari dan jalur merah 1 minggu. Akan tetapi, jangan sampai upaya mengurangi dwelling time yang dilakukan Pelindo II menjadi langkah pragmatis dan malah menambah ongkos logistik.

“Kalau dwelling time dibikin cepat tapi hanya dipindahkan ke depo swasta, ongkosnya malah lebih mahal bagi importir,” kata Zaldy.

Laporan: Teuku Wildan

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Teuku Wildan
Editor: Andy Abdul Hamid