Jakarta, Aktual.Com-Pada Konferensi pers LSI 5 menjelang masa pencoblosan di Pilkada DKI Jakarta, LSI Denny JA, sudah memprediksikan dua hal terkait hasil dari Pilkada DKI Jakarta,

Pertama, Pilkada DKI Jakarta berlangsung dua putaran
Kedua, Dukungan calon berada dalam ambang batas:

Pasangan no urut sata AHY-Sylvi diprediksi memperoleh suara 24.4- 39.6 persen.

Sementara pasangan Ahok-Djarot diperkirakan akan memperoleh dukungan suara sebesar 27.2 – 39.2 persen
Sedangkan pasangan no urut tiga, Anies-Sandi akan mendapat dukungan suara sebanyak 25.6- 38.4 persen

Prediksi perolehan suara dengan hasil Quick count yang dilakukan oleh LSI Denny JA menunjukkan adanya keakuratan antara prediksi dan hasil survei, ditandai dengan Pilkada DKI akan berlangsung dua putaran. Tetapi dari sisi elektoral, AHY mendapatkan lebih kecil dari ambang batasnya. Sementara Ahok dan Anies mendapatkan lebih besar dari ambang batasnya.

Ini yang menjadi faktor penyebab perubahan dalam lima hari setelah publikasi? Mengapa suara Agus lebih rendah dari ambang batas? Mengapa Ahok dan anies di atas ambang batas?

Adanya berapa isu yang memerlukan pengujian lebih lanjut, yakni.

Pertama, imbas dari pernyataan Antasari. Ekpose berita soal Antarasi yang menyebut jika ayah AHY, Susilo Bambang Yudhoyono sebagai otak kriminalisasi terhadap dirinya, kemudian hal ini pemberitaan hangat di masyarakat lantaran berbau sensasional dan bikan heboh. Berita ini digulirkan secara massif sehari sebelum masa pencoblosan, yakni Selasa 14 Februari 2017. Twit war dan pro kontra terjadi, pemberitaan media sedemikian rupa.

SBY pun kemudian merespon dengan memberikan jawaban, bahkan sudah melaporkan Antasari ke jalur hukum.

Tetapi perseteruan antara SBY versus Antasari faktanya lebih banyak merugikan AHY. Suara Agus dicurigai banyak beralih ke Anies, dan terutama ke Ahok. Data quick count menunjukkan perubahan dukungan itu.

Kedua, angka Golput yang cukup besar yakni mencapai sekitar 23 persen. Tetapi angka ini lebih rendah ketimbang Pilkada DKI 2012, di atas 30 persen. Tetapi massa yang datang ke TPS memang lebih besar dibanding pilkada sebelumnya. Namun Golput itu lebih banyak datang dari pendukung Agus yang mayoritas berasal dari segmen menengah bawah.

Dari studi Golput yang LSI lakukan terhadap kasus beberapa wilayah, golput umumnya datang dari pemilih menengah bawah.

Pemilih menengah bawah umumnya lebih potensial tak datang ke TPS karena beberapa alasan. Alasan ekonomi: karena umumnya mereka punya upah harian. Jika ke TPS, ia akan hilang upah hariannya.

Alasan teknis: karena alasan problem administrasi surat menyurat dokumentasi kependudukan. Problem admin ini membuat mereka tak datang ke TPS.

Yang lainnya alasan politik. Umumnya kesadaran politik di segmen menengah bawah ini kurang partisipatif dalam politik.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs