Jakarta, Aktual.com – Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Muradi menilai fenomena partai politik “membandel” dengan tetap mencalonkan mantan napi korupsi menjadi calon anggota legislatif berkaitan dengan sikap pragmatisme dan keengganan memunculkan figur baru.

“Karena kader yang koruptor tersebut dianggap memiliki peluang untuk memenangkan kursi di parlemen,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (27/7).

Selain itu, menurut Muradi, target lolos ambang batas parlemen membuat parpol tidak berani memunculkan nama caleg baru untuk mengganti caleg berlabel koruptor.

“Apalagi pemilih juga cenderung merasa bahwa figur-figur koruptor yang diajukan oleh partai politik tersebut memiliki kedekatan dan meyakinkan untuk dipilih,” katanya.

Hasil survei yang menggambarkan kemungkinan perolehan suara pada Pemilu 2019 juga dianggap mengkhawatirkan bagi parpol.

“Tidak heran jika banyak partai kemudian pragmatis menyandingkan caleg artis dan juga figur koruptor yang memiliki potensi keterpilihan yang besar,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid