Buruh
Kami punya tenaga jika kami satu hati
Kami tahu mesin akan berhenti
Sebab kami adalah nyawa yang menggerakkanya

Jakarta, Aktual.com — Kutipan diatas ditulis aktifis Partai Rakyat Demokratik (PRD) Wiji Thukul dalam sajaknya yang berjudul “Makin Terang Hidup Kami”. Agaknya sajak Thukul sesuai dengan apa yang akan dituntut oleh ribuah buruh hari ini, Selasa (1/11). Meskipun sudah bukan hal baru di Indonesia buruh turun ke jalan. Biasanya mereka  tumpah di jalan-jalan ibu kota 1 Mei.

Kali ini sedikit berbeda. Buruh turun ke jalan bukan untuk sebuah peringatan. Seperti dikatakan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal sebanyak 50 ribu buruh akan berunjuk rasa. Sebanyak 7 tuntutan akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo siang nanti.

Tujuh tuntutan tersebut adalah menurunkan harga BBM dan Barang, stop mudahnya masuk tenaga kerja asing dan lindungi buruh Indonesia terhadap Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) akibat melemahnya rupiah terhadap dolar, menjaga konsumsi buruh dengan menaikan upah menjadi layak, jaminan pensiun, jaminan kesehatan dan perlindungan buruh mengenai K3 (kesehatan dan keselamatan kerja).

Said mengatakan, elemen buruh yang terlibat dalam aksi antara lain KSPI, KSPSI AGN, KSBSI, dan beberapa elemen buruh di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Rencananya aksi ini akan terpusat di Bundaran HI, kemudian akan ada Long March menuju Istana Negara, melalui Patung Kuda (Monas). Sejumlah Kementrian juga akan menjadi sasaran demontrasi.

Said dalam conferensi press di Gedung Joang 45, Senin (31/8) mengatakan demonstrasi juga akan dilakukan di sejumlah wilayah. Seperti Banten dan Jawa Barat. Menurutnya saat ini sudah lebih dari 50 ribu buruh terkena dampak PHK. “Besok akan berbeda karena hari kerja,” ujar Said

Bahkan kondisi akan lebih memburuk jika kinerja tim ekonomi pemerintahan Jokowi tidak mampu memperbaiki performa pada akhir tahun 2015. Prediksi Konfederasi Serikat Pekerja seluruh Indonesia (KSPSI)  sebanyak 300 ribu buruh akan kehilangan pekerjaan. Jika benar itu terjadi tentu tidak sulit membayangkan bagaimana kondisi dalam negeri.

Akibatnya perekomian nasional semakin terpuruk. Krisis ekonomi bisa saja bergulir menjadi krisis politik dan sosial. Ketika seluruh lini produksi domestik terhenti semua aktifitas ekonomi akan mati. Sebab buruh adalah penggerak mesin itu sendiri. Tentu jika mereka satu hati.

Laporan: Wahyu Romadhony

Artikel ini ditulis oleh: