Jakarta, Aktual.com – Kementerian BUMN ‘mengobral’ bank-bank syariah yang menjadi anak perusahaan bank pelat merah.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk misalnya, sudah diminta untuk menjual anak usahanya, PT BNI Syariah. Penjualan diharapkan bisa terealisasi tahun ini.

“Pak Gatot (Gatot Trihargo, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Jasa Konsultasi KBUMN) sudah memastikan agar BNI menjual minimal 20 persen sahamnya di BNI Syariah,” tandas Direktur Utama BNI syariah Dinno Indiano di Bogor, Sabtu (20/2).

Tidak hanya untuk BNI. Permintaan serupa juga ke PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Bank-bank induk itu diminta untuk mencari investor strategis sendiri, yang kemungkinan besar dari Timur Tengah.

Alasan pemerintah untuk menjual saham di bank-bank syariah, sebut Dino, untuk memperkuat dan kinerjanya terus membaik. “Saya juga setuju agar BNI Syariah dijual, dengan bahasa halusnya, mencari mitra strategis. Sejauh ini baru 20 persen yang ditawarkan. Baru penjajakan investor di Dubai,” kata dia.

Padahal sebelumnya sempat muncul ide untuk dilakukan merger tiga bank syariah BUMN, plus satu Unit Usaha Syariah (UUS) di PT Bank Tabungan Syariah (Persero) Tbk. Langkah ini justru dianggap banyak pihak akan lebih efektif dalam penguatan modal dan lebih siap nersaing dengan asing, salah satunya Malaysia.

“Tapi ide merger sudah pasti ditolak oleh Kementerian BUMN. Yang ada dijual ke asing,” tegasnya.

Untuk memuluskan langkah itu, bahkan pihak BNI sudah membuat satu divisi yang membawahi anak perusahaan untuk mencari mitra strategis tersebut. “Nantinya divisi ini yang akan getol menawarkan saham BNI Syariak ke calon investor,” tutur dia.

Dari proses penjualan saham ini, bahkan tidak menutup kemungkinan akan dilepas lebih banyak saham lagi. Dino menyebut, mungkin saja sahamnya dilepas lebih dari 50 persen. Karena salah satu investor yang tertarik, mintanya menjadi mayoritas.

“Mereka maunya mayoritas. Tidak mau minoritas. Tapi kalau jadi mayoritas, yang penting harganya tinggi,” tegas dia, meski dirinya tak mau menyebutkan berapa harga yang pantasnya.

Selain itu, dia juga berharap, selain investor bawa modal, mereka juga harus membawa ilmu. “Iya, selain bawa modal. Dia juga harus bawa ekspertisnya. Makanya kemungkinan (investor) dari Timut Tengah,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh: