Karangasem, Aktual.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengapresiasi solidaritas masyarakat Bali yang turut memberikan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi Gunung Agung.

“Ini luar biasa rasa saling membantu masyarakat,” Kepala BNPB Willem Rampangilei di Karangasem, Minggu (24/9).

Tidak hanya memasok bantuan kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan minuman, masyarakat Bali bahkan menawarkan rumah pribadinya sebagai tempat menampung pengungsi.

Rasa solidaritas yang tinggi sesama masyarakat ditunjukkan dengan banyak warga yang menawarkan rumah dan bangunannya untuk digunakan sebagai tempat pengungsian.

Seperti yang dilakukan oleh warga yang bisa menampung 50 orang beserta fasilitas air bersih, tempat tidur dan makanan sehari-hari seperti di Pejeng Kangin Tampaksiring, Gianyar.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan konsep yang dilakukan masyarakat Bali itu merupakan “sister village”.

“Saya jarang sekali menemukan hal ini di tempat lain. Tapi di Bali langsung banyak sekali,” katanya.

Seperti diinformasikan sebelumnya seorang warga Klungkung, Nyoman Suardika bahkan menyediakan tempat penampungan ternak di wilayah Besang Kawan Klungkung secara gratis.

Permasalahan ternak memang menjadi salah satu prioritas BNPB disamping evakuasi warga untuk mengungsi.

Sebagian besar warga yang mengungsi merupakan para petani yang khawatir karena selama mengungsi mereka meningalkan hewan ternak dan tidak tahu harus menitipkan hewan ternaknya dimana selama mengungsi.

Selain menawarkan tempat menitipkan hewan ternak, Nyoman Suardika juga menyediakan tempat pengungsian di dekat kediamannya untuk kapasitas 30 orang sehingga bisa mencari pakan ternak.

“Bantuan masyarakat secara swadaya juga banyak dilakukan. Ini adalah modal sosial yang luar biasa. Masyarakat secara mandiri dan spontan saling membantu anggota masyarakat yang mengungsi,” ucap Sutopo.

Masyarakat, lanjut Sutopio, menyediakan itu dengan gratis bahkan menyampaikan informasinya ke media sosial disertai nomor telepon seluler.

“Ini luar biasa. Spontanitas dan gotong royong yang muncul karena solidaritas masyarakat,” ucapnya.

Upaya masyarakat ini layak diapresiasi dan didorong agar tidak bergantung pada bantuan pemerintah meskipun pemerintah tetap akan memberikan bantuan kepada para pengungsi namun ada beberapa kendala di lapangan yang sangat dinamis Di Jepang hampir 80 persen masyarakat menangani dirinya sendiri dan keluarganya saat terjadi bencana sampai tiga hari dan setelah itu bantuan baru berdatangan.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: