Jakarta, Aktual.com – Menurunnya daya beli atau konsumsi rumah tangga sepertinya masih akan terjadi di kuartal III-2017 ini. Hal ini akan memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi yang tak terlalu kuat.

Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, sumber pertumbuhan ekonomi itu berasal dari konsumsi rumah tangga, tapi sampai saat ini kian melemah. Juga dari peran fiskal, dan lagi-lagi geregetnya kurang kuat.

“Memang telah digenjot dari tahun lalu (konsumsi rumah tangga), tetap didorong. Tapi daya dorongnya juga lebih rendah. Sehingga yang diharapkan, sumber pertumbuhan lain adalah dari laju eskpor,” kata Perry, di Jakarta, Jumat (28/7).

Namun sayangnya, pertumbuhan ekspor juga belum terlalu kencang. Di kuartal II-2017 lalu, memang ekspor mulai tumbuh, tapi kenaikannya masih rendah.

“Harga komoditas memang mulai naik. Tapi demand-nya ternyata lebih lambat ya. Itu jadi masalah bagi ekspor kita,” kata dia.

Dengan kondisi demikian, kata dia, maka pertumbuhan kredit juga masih melambat. Masih terdapat permsalahan dari demand atau permintaan baik itu dari kalangan konsumen maupun perusahaan.

“Makanya, hal itu terjadi karena economy recovery itu ternyata tidak secepat yang diharapkan. Demand dari perusahaan untuk kredit perbankan memang tidak besar,” jelas dia.

Dan untuk menambah permintaan kredit itu, sangat tergantung dari laju ekspor dan pembelanjaan fiskal. Namun dua hal itu masih belum meninggi.

“Apalagi, bank-bank itu tempo hari masih konsolidasi karena risiko NPL (kredit macet) yang tinggi, maka pencadangannya (CKPN) pun naik. Memang NPL gross masih ada peluang untuk turun, karena CKPN juga naik,” jelas dia.

Untuk itu, BI sendiri masih memproyeksikan laju kredit hingga akhir tahun masih di kisaran 10-12 persen. “Faktor eksternal menjadi faktor yang cukup besar. Ditambah perekonomian kita juga masih melambat,” terang Perry.
Laporan Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: