Jakarta, Aktual.com — Kebutuhan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) meningkat saat ramadhan dan menjelang lebaran. PT Pertamina (persero) mengaku membutuhkan biaya importasi BBM hingga USD500 juta per hari atau sekitar Rp6,5 triliun/hari.

Hal tersebut mendapat tanggapan dari Bank Indonesia (BI) selaku pemegang kebijakan moneter di Indonesia. Direktur Departemen Komunikasi BI, Peter Jacob mengatakan kebutuhan dolar AS Pertamina tersebut sebenarnya dipenuhi dari pasar.

“Jika transaksi di pasar valas domestik cukup besar, maka dampak permintaan Pertamina tidak terlalu besar,” ujar Peter saat dihubungi Aktual.com, Senin (22/6).

Lebih lanjut dikatakan dia, maka berlaku sebaliknya. Jika transaksi di pasar valas domestik rendah, maka permintaan Pertamina akan tinggi. (Baca: Pertamina butuh USD500 juta per hari).

Sebelumnya, Mantan Komisaris Pertamina Sugiharto mengatakan bahwa salah satu resiko terbesar bangsa Indonesia adalah kenaikan harga minyak dunia. Dengan dibubarkannya Petral-PES akan kehilangan potensi jaringan pendanaan USD5,1 miliar atau Rp65 triliun. Impor minyak mentah selama ini berbentuk dolar, sedangkan Pertamina menjualnya dalam satuan rupiah, Pertamina meminta cadangan devisa nasional melalui Bank Indonesia (BI).

“Pertamina selalu meminta cadangan devisa ke BI untuk melakukan impor hingga USD200 juta per hari. Dalam berbagai kesempatan, Pertamina sering kesulitan mendapatkan devisa,” jelasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka