Warga beraktivitas di area permukiman di kawasan Luar Batang, Jakarta, Senin (28/3). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menertibkan permukiman warga di atas tanggul, badan air laut, dan saluran kali di kawasan Luar Batang dalam rangka revitalisasi kawasan wisata Sunda Kelapa, Museum Bahari, dan kawasan Luar Batang. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/kye/16

Jakarta, Aktual.com – Menjelang penggusuran Kampung Luar Batang, Pasar Ikan dan Akuarium di Penjaringan, Jakarta Utara, rupanya, beredar isu bahwasanya pengurus RW dan RT terdampak diduga menerima uang saat pertemuan di lantai tiga, Kelurahan Penjaringan pada Minggu, 27 Maret 2016 lalu antara Lurah dan RT/ RW terdampak.

“Setelah hari itu memang banyak informasi tentang adanya uang yang beredar ke pengurus,” ucap Ketua RW 4, M. Asfa kepada Aktual.com, Rabu (6/4) malam.

Dari penuturannya, uang yang beredar dikatakan untuk keperluan pulsa bagi para pengurus RT dan RW.

“Itu uang bahasanya dari yang saya dengar, ‘hp-nya harap dihidupkan terus menerus jangan sampai mati ini ada sekedarnya untuk beli pulsa’,” tutur Asfa.

Meski begitu, Asfa menjelaskan bahwa ia tidak melihat langsung pemberian uang pulsa tersebut. Pasalnya, usai acara ramah tamah, ia langsung turun ke lantai dua untuk menikmati makan siang.

“Saya nggak ngikutin lagi acaranya di atas, saya nggak tahu di atas bagaimana. Saya makan di lantai dua, entah seperti apa bagaimana saya nggak ikutin lagi karena acara formal sudah kelar,” papar dia.

Acara itu sendiri, lanjut Asfa, tidak disertai surat undangan sebelumnya. Hanya undangan lisan. Acara itu sendiri dihadiri oleh pihak Kapolsek Penjaringan, Babinsa, Lurah, Camat dan seluruh RT dan RW terdampak.

Salah seorang saksi yang tak ingin disebutkan namanya menuturkan, bahwa para undangan yang hadir kala itu, diduga mendapatkan uang Rp 2 juta usai acara ramah tamah.

“Bukan saya saja yang dapat. Pengurus semua dapat,” ucap dia yang juga menjadi pengurus RT dan RW di Kelurahan Penjaringan.

Meski begitu, apa yang ia terima tidak diketahui apa tujuannya. Ia hanya menerima tanpa ada satupun ucapan dari sang pemberi.

Dari penuturannya, yang memberikan uang tersebut bukanlah Camat ataupun Lurah, melainkan orang lain di luar pihak kelurahan ataupun kecamatan.

“Setelah acara ngobrol-ngobrol selesai kita nggak langsung pulang, ditahan dulu. Terus ada orang yang datang ngasih itu. Bukan Lurah, pak Lurah hanya menyiapkan tempat. Kayaknya ini ada orang besar di belakangnya,” tambah dia.

Meski ia telah menerima uang tersebut, ia tetap akan menolak perintah kelurahan dan kecamatan untuk mengakomodir warga untuk menerima penggusuran.

“Namanya ada uang, ya kita ambil nggak ngomong apa-apa juga itu buat apa. Tapi kalau mau gusur kampung saya, ya pasti saya lawan. Itu urusan lain,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh: