Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta pemerintah melakukan peninjauan terhadap Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Untuk ketiga kalinya selama jabatan Jokowi sebagai Presiden tidak menghadiri pertemuan tahunan para pengusaha migas yang berinvestasi di tanah air. Pertemuan itu adalah Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex).

Padahal, pada tahun ini sektor migas dirasa mengalami paceklik karena harga minyak dunia yang meredup dan berimbas pada meredupnya sektor hulu migas. Hal yang dinilai dapat mengancam ketahanan energi nasional dengan ditandai jumlah KKKS yang ada semakin berkurang.

Menurut keterangan Menteri ESDM, Ignasius Jonan, ketidakhadiran Presiden Jokowi dalam IPA Convec kali ini karena jadwal yang padat. Yakni tengah menerima tamu negara.

“Mohon maaf, Bapak Presiden tidak bisa hadir karena ada tamu negara dari Lithuania,” ujarnya yang bertindak selaku pembukaan acara IPA Convex di Jakarta, Rabu (17/5).

Berbeda dengan pendahulunya, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) kerap menghadiri ajang berkumpulnya pemangku kepentingan industri migas di Indonesia. Yakni untuk menarik investor ke Indonesia dengan bertemu pembuat kebijakan, investor serta para pemain di sektor penunjang industri migas Indonesia.

Walaupun harus diakui pada era Presiden SBY penerimaan negara dari sektor migas relatif besar dengan harga minyak dunia masih diatas USD 100 per barel. Kini, dibawah Presiden Jokowi, harga miyak terperosok dibawah USD 50 per barel.

Untuk diketahui, acara tahunan IPA kali ini merupakan yang ke 41 kali. Tema kali ini yaitu ‘Accelerating Reform to Re-Attract Investment to Meet the Economic Growth Target’.

Dalam pidato pembukaannya, Presiden IPA Christina Verchere menekankan kontribusi signifikan dari industri hulu migas di samping memproduksi energi dan menghasilkan pendapatan bagi negara.

“Industri migas dikombinasikan dengan berbagai sektor pendukungnya memiliki efek berganda yang sangat besar bagi ekonomi Indonesia. Karena itu membuat Indonesia menjadi kompetitif dan atraktif bagi investasi harus menjadi prioritas utama pemerintah Indonesia,” katanya.

Tahun ini Convex IPA diikuti lebih dari 1500 peserta dan 113 perusahaan, pada hari penutupan direncanakan akan dilelang 15 wilayah kerja migas melalui penawaran sistem gross split.

(Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh: