Jakarta, Aktual.com – Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia Susy Susanti, mengakui pemusatan pelatihan nasional cabang olahraga itu membutuhkan atlet unggulan sektor tunggal putri demi perbaikan generasi.

“Kita sudah kehilangan satu generasi dan untuk menaikkan prestasi lagi itu butuh waktu,” kata Susy mengevaluasi penampilan atlet-atletnya dalam Indonesia Masters 2018 di Stadion Istora Senayan, Jakarta, Minggu (28/1).

Susy menilai kekurangan bibit-bibit atlet tunggal putri menjadi hambatan besar pelatnas PBSI dalam meningkatkan prestasi atlet-atlet nasional dalam kejuaraan internasional.

“Kalaupun ada bibit-bibit atlet potensial, mereka tidak ada kemauan. Sedangkan atlet yang mempunyai kemauan, tidak mempunyai potensi,” kata peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu.

Susy mengatakan pekerjaan terbesar pelatnas PBSI adalah mengubah pola pikir atlet untuk menjadi pemain yang ulet dan berani tampil di lapangan.

“Kami tidak bisa lagi meregenerasi atlet dengan santai atau tawar-menawar saat latihan. Kami memang punya atlet berpengalaman, tapi secara potensi masih kurang,” ujarnya.

Pada nomor tunggal putri Indonesia Masters 2018, atlet tuan rumah Fitriani hanya mampu melaju pada putaran kedua setelah kalah dari pemain Thailand Ratchanok Intanon dalam dua gim langsung 17-21, 16-21.

Sementara, tiga atlet lain yaitu Hanna Ramadini, Gregoria Mariska Tujung, dan Dinar Dyah Ayustine hanya mampu bertahan pada laga pertama turnamen grade II tingkat empat Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) itu.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: