Jakarta, Aktual.co — Sebanyak 13 dari 21 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) dilanda bencana alam banjir, tanah longsor, puting beliung dan abrasi pantai sejak 1 hingga 16 Januari 2015.

“Hasil laporan dari kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur bencana alam terjadi di 13 kabupaten, umumnya berupa Bencana yang melanda antara lain banjir, tanah longsor, puting beliung, dan abrasi pantai,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, Tini Thadeus, di Kupang, Sabtu (17/1).

Bencana yang melanda ini, menurut dia, mengakibatkan tujuh warga tewas yang tersebar di tiga kabupaten. Di Timor Tengah Utara, tiga orang tewas akibat banjir.

Berikut di Sikka, dua orang tewas akibat puting beliung. Di Rote Ndao, satu orang tewas karena banjir, dan Lembata satu orang tewas tenggelam. “Medio Januari 2015 sudah tujuh orang meninggal akibat bencana yang melanda,” katanya.

Ia mengatakan, dari 13 kabupaten yang melaporkan tentang bencana, hanya Sumba Timur yang telah melaporkan total kerugiannya yang mencapai Rp1 miliar. Sedangkan 12 kabupaten lain masih menghitung. “Bencana di Sumba Timur, banjir dan tanggul yang jebol,” katanya.
 
Walaupun belum ada laporan dari kabupaten lain soal total kerugian, dia memastikan banjir yang melanda 13 kabupaten itu merendam sedikitnya 700 unit rumah, dan 300 unit di antaranya rusak.

Dia mengatakan, masih mendata kerugian akibat banjir ini untuk mengusulkan penanganan darurat ke BPBD pusat. “Sementara ini penanganan masih ditangani BPBD kabupaten/kota,” katanya.

Dia menyebutkan, banjir bandang akibat hujan lebat yang mengguyur wilayah Nusa Tenggara Timur menerjang ratusan rumah warga Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang.

“Ratusan rumah di RT 37 dan RT 38 RW 13, Kelurahan Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur diterjang banjir bandang yang meluap dari sejumlah anak sungai di wilayah itu,” katanya.

Ia mengatakan, air bajir itu merendam rumah dengan ketinggian 40-60 centimeter dan meninggalkan lumpur, serta kayu dan sampah yang dibawa banjir saat hujan, sehingga menyulitkan warga untuk menempati rumahnya.

Umumnya penyebabnya sedimentasi di alur sungai. Akibatnya air tidak mengalir lancar. Malah menerjang masuk ke pemukiman warga,” katanya.

Bukan cuma itu, katanya, dari waktu ke waktu penambahan jumlah penduduk juga telah berdampak terhadap tingkat kepadatan, sehingga terjadi tukar guling atau jual beli lahan basah untuk dijadikan pemukiman, sehingga ketika hujan terjadi genangan.

Artikel ini ditulis oleh: