Monitor penunjuk tarif bunga deposito yang dipajang di salah satu sudut Kantor BNI Pusat, Jakarta, Senin (26/7). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga acuan BI (BI Rate) sebesar 6,5 persen, hal tersebut berpengaruh pada penurunan suku bunga perbankan, baik suku bunga deposito maupun suku bunga kredit. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Masyarakat yang kerap menggunakan dana-dana perbankan, akan dirugikan karena suku bunga pinjaman dan simpanan di perbankan bakal terkerek naik.

Hal ini terjadi karena likuiditas perbankan tersedot dananya akibat investor lebih tertarik untuk beli Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan pemerintah yang begitu masif. Padahal selama ini ada upaya dari Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuannya.

“Lelang SUN yang dilakukan pemerintah dipastikan akan menyedot likuiditas perbankan, karena adanya kupon yang lebih menarik. Akhirnya, dana perbankan menipis dan mendorong bank menaikkan suku bunga,” kata ekonom Indef, Abdul Manaf Pulungan di Jakarta, Rabu (18/10).

Dia menjelaskan, pasar keuangan di dalam negeri yang selama ini masih dangkal, memiliki potensi risiko ke seluruh sektor ekonomi.

“Apalagi lelang SUN dalam rupiah, yang membeli asing juga. Pasar akan berguncang kalau asing-asing itu kabur ke save haven, karena kedalaman pasar,” ingat dia.

Dia mengungkapkan, tingginya serapan asing pada SUN berdenominasi rupiah juga memicu kerentanan pasar keuangan dari ancaman pelarian modal ke luar negeri. “Semakin tinggi serapan asing terhadap SUN, tentunya semakin rentan untuk terjadinya guncangan di pasar keuangan di saat ada gejolak domestik,” tutur Manaf.

Dia merincikan, hingga 13 Oktober 2017, nilai SUN yang dipegang asing mencapai Rp785,38 triliun, sedangkan pada Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp21,43 triliun. “Sehingga untuk SUN saja, asing sudah menguasai 45,35 persen dari total SUN yang diterbitkan oleh pemerintah,” jelas Manaf.

Di tempat yang sama, Direktur Indef, Enny Sri Hartati mengatakan, perilaku pemerintah yang mengandalkan berutang untuk belanja negara dinilai kontraproduktif dengan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Begitu pemerintah menaikkan utang, maka suku bunga perbankan akan sulit berada di bawah single digit,” ujar Enny.
Laporan Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: