Gedung-gedung bertingkat menjulang tinggi di Jakarta, Sabtu (24/2/18). Ekonomi nasional merupakan faktor yang sangat penting untuk mendorong sektor properti yang belakangan ini stagnan. Komitmen pemerintah untuk memperkuat daya saing dan memperbaiki iklim usaha dinilai Bank Indonesia perlu terus direalisasikan agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2018 yang ditargetkan mencapai 5,1-5,5 persen (tahun ke tahun/yoy). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Laporan ekonomi triwulan terbaru Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode 2018-2020 berada pada kisaran 5,3 persen, atau lebih tinggi dari pencapaian 2017 sebesar 5,1 persen.

“Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen pada periode 2018-2020,” kata Direktur Wilayah Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves dalam pemaparan laporan ekonomi triwulanan terbaru di Jakarta, Selasa (27/3).

Rodrigo mengatakan proyeksi rata-rata 5,3 persen merupakan perkiraan terdekat yang bisa dicapai pertumbuhan ekonomi Indonesia, dalam kondisi perekonomian global yang saat ini sedang mengalami pemulihan.

“Pertumbuhan diatas lima persen ini sudah termasuk tiga besar diantara negara-negara G20, tapi masih ada kesempatan untuk ‘improve’, karena pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia bisa mencapai 5,6 persen,” kata Rodrigo.

Menurut dia, proyeksi ini lebih realistis untuk tercapai karena saat ini banyak risiko yang bisa menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti melambatnya perdagangan global, volatilitas kurs dan menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga.

Namun, sangat penting bagi Indonesia untuk terus memperbaiki kinerja perekonomian untuk tumbuh lebih optimal, salah satunya dengan mendorong kinerja investasi melalui konsistensi perbaikan kemudahan berusaha seperti yang sudah dilakukan pemerintah.

“Indonesia harus memberikan pesan yang jelas bahwa modal masuk seperti FDI tidak hanya diundang namun juga disambut dengan baik,” kata Rodrigo.

Selain itu, peningkatan kualitas kebijakan fiskal harus dilakukan untuk akselerasi pembangunan dan mendorong kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan penerimaan pajak serta penyerapan belanja yang lebih efisien untuk infrastruktur dan sumber daya manusia.

Dalam kesempatan ini, Laporan Bank Dunia menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat dan positif hingga periode 2020, meski terdapat sejumlah risiko eksternal maupun domestik yang dapat muncul untuk mengganggu proyeksi ini.

Laporan triwulanan juga menyatakan inflasi yang rendah didukung oleh peningkatan pengeluaran menjelang pemilu dan membaiknya harga komoditas bisa menjadi pemicu pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam periode ini.

Defisit anggaran diperkirakan tetap terjaga dalam kisaran 2,3 persen terhadap PDB pada 2018, atau sedikit lebih baik dari periode 2017 sebesar 2,4 persen terhadap PDB, yang didukung oleh membaiknya penerimaan karena meningkatnya harga komoditas dan berjalannya reformasi perpajakan.

Defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan melebar pada kisaran 1,9 persen terhadap PDB pada 2018, lebih tinggi dari 2017 sebesar 1,7 persen terhadap PDB, seiring dengan penguatan permintaan dalam negeri dan perlemahan nilai tukar perdagangan.

Meski demikian, risiko dari proyeksi ini adalah kemungkinan meningkatnya proteksionisme global yang bisa membebani pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas serta arus modal keluar sebagai dampak kebijakan normalisasi moneter The Fed.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: