Tamu undangan mengamati pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2016 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/1). Presiden meminta pelaku usaha optimis menghadapi perekonomian 2016. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/nz/16

Yogyakarta, Aktual.com – Ekonomi negara-negara besar dan berkembang di kawasan ASEAN diperkirakan bakal menguat lebih cepat di tahun 2017 dan 2018 disebabkan sejumlah faktor. Demikian laporan terbaru Bank Dunia, East Asia and Pacific Economic Update April 2017.

“Di Indonesia, ekspansi kredit dan kenaikan harga minyak akan mendorong perekonomian tumbuh ke 5,2 persen di tahun 2017, naik dari 5 persen di tahun 2016,” tulis laporan yang dikeluarkan dua kali tiap tahun tersebut.

Filipina, diprediksi akan mendapat keuntungan dari belanja publik yang lebih tinggi untuk infrastruktur, kenaikan investasi swasta, ekpansi kredit dan bertambahnya pemasukan dari luar negeri. Pertumbuhan akan menguat ke 6,9 persen pada tahun 2017 dan 2018.

Subsidi pemerintah yang lebih tinggi serta belanja infrastruktur yang lebih banyak dan kenaikan ekspor juga akan menaikkan pertumbuhan ekonomi Malaysia menjadi 4,3 persen di tahun 2017 dan 4,5 persen di tahun 2018.

Di Vietnam, pertumbuhan akan naik menjadi 6,3 persen, seiring dengan sentimen pasar yang positif dan investasi asing langsung yang kuat.

“Ekonomi negara-negara yang lebih kecil di kawasan secara umum akan mendapat manfaat dari ketangguhan perekonomian negara tetangga mereka yang lebih besar, serta sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan dari harga komoditas yang lebih tinggi.”

Ekonomi Kamboja akan naik menjadi 6,9 persen di tahun 2017 dan 2018, seiring naiknya belanja publik serta ekspansi di bidang pertanian dan pariwisata yang mengimbangi penurunan di bidang konstruksi dan garmen.

Begitu pula Myanmar, ekonominya akan naik ke 6,9 persen di tahun 2017 dan 7,2 persen di tahun 2018, naik dari 6,5 persen di tahun 2016, seiring kenaikan belanja infrastruktur dan adanya reformasi struktural yang akan memancing investasi asing.

Perekonomian Papua Nugini selaku anggota non-permanen ASEAN secara bertahap pun bakal pulih, didorong oleh berbagai proyek baru di sektor tambang dan migas.

“Terlepas dari proyeksi yang positif, ketahanan wilayah tetap tergantung oleh keputusan pembuat kebijakan yang mempertimbangkan dan menyesuaikan ketidakpastian global dan kerentanan domestik,” papar Sudhir Shetty, Ekonom Utama Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik.

Menurutnya, pembuat kebijakan harus memprioritaskan kebijakan yang mengatasi kebijakan global yang dapat mengancam ketersedian dan biaya keuangan eksternal serta pertumbuhan ekspor. Diperlukan upaya memperkuat kebijakan dan kerangka insititusional demi mempercepat pertumbuhan produktivitas.

Secara umum, pertumbuhan negara-negara besar Asia Tenggara diproyeksikan naik menjadi 5 persen pada tahun 2017 dan 5,1 persen di tahun 2018, naik dari tingkat pertumbuhan 4,9 persen di tahun 2016.

Termasuk ekonomi negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik diproyeksikan naik menjadi 6,2 persen di tahun 2017dan 6,1 persen di tahun 2018.

Presiden Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, Victoria Kwakwa, menilai kebijakan yang kuat serta kenaikan proyeksi perekonomian global secara betahap telah membantu negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik mempertahankan pertumbuhan juga menurunkan kemiskinan.

“Untuk mempertahankan ketangguhan ini, negara-negara tersebut harus mengurangi kerentanan fiskal dan pada saat yang sama meningkatkan mutu belanja pemerintah, serta memperkuat integrasi regional dan global,” pungkasnya.

(Nelson Nafis)

Artikel ini ditulis oleh: