Jakarta, Aktual.com – Ketua Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mendesak agar kepolisian untuk melumpuhkan sel-sel terkecil dari jaringan teroris yang ada di Indonesia.

Hal itu menanggapi aksi bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, yang menewaskan tiga aparat kepolisian.

Menurut dia, bila polisi kemudian tidak mengatasinya dengan baik maka sangat mustahil bom bunuh diri berikutnya tidak akan terjadi.

“Serangan bom bunuh diri dengan target acak atau membabibuta seperti di terminal Kampung Melayu akan terus berulang jika sel-sel terkecil dari jaringan teroris di dalam negeri tidak dilumpuhkan,” kata Bambang dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/5).

Ia menjelaskan, sel terkecil jaringan teroris sulit menyerang obyek vital kepolisian sehingga mengalihkan target ke ruang publik.

Karenanya, politikus Golkar itu meminta agar Polri dan Densus 88 anti-teror harus bekerja lebih keras untuk melumpuhkannya. Dewan, sambung dia, siap untuk duduk bersama membahas peningkatan anggarannya.

“Karena sel-sel terkecil jaringan teroris itu sulit membidik obyek-obyek vital milik Polri, mereka melancarkan serangan bom bunuh diri di ruang publik atau fasilitas publik. Bom bunuh diri di Kampung Melayu mirip dengan serangan bom bunuh di Sarinah, 14 Januari 2016,” sebut dia.

“Maka, Polri dan Densus 88 anti-teror harus bekerja lebih keras untuk melumpuhkan sel-sel terkecil dari jaringan teroris yang ada di dalam negeri. Sel-sel kecil jaringan teroris itu biasanya beranggotakan beberapa orang teroris,” lanjutnya.

Komisi III DPR, kata Bambang memberi apresiasi kepada Polri atas keberhasilannya mengidentifikasi identitas yang diduga pelaku bom bunuh diri. Hanya saja polisi harus terus menyelesaikan eksistensi sel-sel teroris di dalam negeri.

“Komisi III DPR memberi apresiasi yang tinggi atas keberhasilan Polri mengidentifikasi identitas orang yang diduga sebagai pelaku serangan bom bunuh diri di terminal Kampung Melayu,” paparnya.

“Akan tetapi, pengungkapan identitas pelaku belum menyelesaikan persoalan utamanya, yaitu eksistensi sel-sel teroris di dalam negeri. Sel-sel teroris itu masih akan menebar ancaman, hanya menunggu waktu yang ideal bagi mereka melakukan serangan,” tukas dia.

Laporan: Novrizal Sikumbang

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Novrizal Sikumbang
Editor: Andy Abdul Hamid