Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berencana akan menghentikan langkah Pemprov DKI Jakarta yang mengajukan banding atas putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta terkait pemberian izin reklamasi. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Kelanjutan reklamasi di Teluk Jakarta disebut-sebut akan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi masyarakat Jakarta. Salah satu anggota Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ), Marthin Hadiwinata menyebut jika reklamasi dilanjutkan pemerintah, rasio gini atau tingkat ketimpangan antar masyarakat di Jakarta, akan melonjak.

Marthin pun merujuk pada data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan bahwa indeks rasio gini di Jakarta sudah mencapai 0,413 pada Semester I 2017.

“Jakarta ini menjadi wilayah yang memiliki rasio gini atau ketimpangan tertinggi di Indonesia,” kata Marthin dalam diskusi yang diadakan di kantor LBH Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (17/10).

Berdasar data BPS, DKI Jakarta memang termasuk dalam 10 besar wilayah yang memiliki indeks rasio gini tertinggi di Indonesia. Indeks rasio gini rata-rata di Indonesia hanya mencapai 0,393 pada semester I 2017.

Berdasar data di atas, Marthin pun menyatakan bahwa tingkat ketimpangan di Jakarta akan melonjak seiring dengan dilanjutkannya proyek reklamasi di Teluk Jakarta, mengingat reklamasi lebih diperuntukkan bagi masyarakat kalangan menengah ke atas saja.

“Sekarang saja sudah 0,41, kalau dlreklamasi dilanjutkan bisa lebih besar lagi karena reklamasi memang diperuntukkan bagi kalangan menengah ke atas, mungkin nanti bisa 0,45 atau bahkan 0,5,” jelas Ketua Umum DPP KNTI ini.

Sementara itu, hasil studi Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Kementerian Perikanan dan Kelautan RI menjelaskan hilangnya 1 ha luas wilayah perairan menyebabkan kerugian ekonomi Rp 26. 899.369 pertahun, budidaya kerang hijau Rp 85.599.135 pertahun, luasan tambak perhektar Rp 27.992.942 pertahun dan biaya perbaikan ekosistem mangrove mencapai 28 miliar perbulan selama 10 tahun.

“Kalau udah kayak gitu, tinggal nunggu waktu saja buat ada kerusuhan besar seperti 98,” imbuh Marthin memprediksi.

(Reporter: Teuku Wildan)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Teuku Wildan
Editor: Eka